Cyber Media
Call Warta: 2981039
Keinginan menghadirkan suatu media komunikasi antara keluarga besar Ubaya dengan masyarakat melahirkan suatu gagasan dibentuknya wadah penyalur aspirasi bagi keluarga besar Ubaya. Diresmikan 17 tahun silam, Warta Ubaya pun lahir 14 November 1994 dipelopori Anton Prijanto SH yang saat itu menjabat sebagai rektor Ubaya. “Gagasan tersebut saya terima dengan catatan dalam waktu sekian tahun WU sudah harus self support,” buka Ketua Yayasan Ubaya ini.
Dalam prosesnya, WU diharap mampu menyampaikan pandangan, kritik, serta saran yang bisa disajikan berupa gambar, foto, maupun artikel. Kehadiran WU juga ditujukan untuk memberi visi bagaimana suasana kerja dan kehidupan dalam interaksi manusia yang beragam. “Yang terpenting adalah bagaimana seseorang mampu berinteraksi dalam keanekaragaman. Inilah ‘roh’ Ubaya yang tidak dimiliki oleh semua universitas,” tegas kelahiran 17 Mei 1949 ini.
Ada hal menarik yang membedakan WU dengan sub-sistem lain di Ubaya yaitu kru yang terdiri dari para mahasiswa aktif Ubaya. “Ini untuk menjaga agar WU tetap eksis di tengah mahasiswa terutama angkatan baru. Itulah mengapa mahasiswa sendiri yang mengelola tabloid ini,” pungkasnya. Hingga kini, sistem tersebut masih berlanjut terbukti dengan adanya regenerasi setiap tahun menggantikan kru terdahulu yang lulus.
Tabloid semacam WU yang menyajikan kritik untuk kemajuan Ubaya diakui memiliki hambatan tersendiri. Selain masalah biaya, tidak semua orang menyukai WU karena khawatir kena kritik. “Kritik itu bukan suatu hal yang salah, asal dipastikan dulu kebenaran beritanya dan pihak yang dikritik memiliki hak jawab guna menanggapi sebelum berita diterbitkan,” tegas Anton. Iapun mengingatkan bahwa kritik tak melulu harus dari mahasiswa pada rektor, namun bisa juga dari rektor pada mahasiswa atau antar mahasiswa. “Yang dikritik juga jangan marah sebab itu berguna untuk kemajuan. Dulu sebagai rektor saya pun pernah dikritik oleh mahasiswa lewat WU,” kenangnya sembari tertawa. (sv3, iuz/wu)