Warta
UBAYA
14-11-2024
Cyber Media
Detil Edisi Cetak dengan Rubrik :Seputar Kampus
- SKPA Mantapkan Kompetensi Calon Apoteker
Kompeten, sebuah kata yang biasa dipakai untuk menunjukkan kemampuan seseorang untuk menguasai dan mampu bersaing di bidangnya. Inilah yang melatarbelakangi adanya Sertifikasi Kompetensi Profesi Apoteker (SKPA) pertama di Surabaya yang diselenggarakan di gedung FF 1.1-1.3 Ubaya, 16 April silam. Dimulai sejak pukul delapan pagi, SKPA ini ini diikuti oleh 118 peserta yang semuanya merupakan calon apoteker.
Kegiatannya dikemas dalam lima tahap meliputi pengetahuan umum, analisis resep, compounding, Patient Medication Record, dan konseling. Analisis resep yang dimaksud dimulai dengan penerimaan resep, screening, hingga analisis Drug Related Problem. Sedangkan dalam tahap compounding dilakukan perhitungan dosis, copy resep, dan pemberian etiket. Tiap tahap diberi durasi sepuluh menit saja sehingga total waktu adalah lima puluh menit.
Adapun bagian yang diujikan mencakup pengetahuan umum, praktik, serta aplikasi apoteker di tempat kerja. Eko Setiawan SFarm Apt selaku ketua panitia menyatakan bahwa pelaksanaan SKPA yang baru pertama kali dilakukan di Surabaya ini tergolong lancar. Ia pun menjelaskan bahwa SKPA tersebut mengawali uji kompetensi yang akan datang dan akan menjadi feedback bagi Ubaya terkhusus Fakultas Farmasi. “Diharapkan adanya SKPA ini bisa membuat mahasiswa lebih percaya diri,” ungkap pria berkacamata ini.
Hal senada juga disampaikan oleh Dra Endang Wahjuningsih MS Apt, dekan FF Ubaya. “Salah satu tujuan utama SKPA ini adalah memberi peta yang jelas mengenai gambaran kompetensi lulusan Ubaya jika diuji dengan standar kompetensi,” terangnya. Selain itu, bagi peserta yang belum bisa melampaui passing grade akan dilakukan treatment dan evaluasi ulang sehingga FF Ubaya mampu menjamin kualitas lulusan dan terus update pada standar yang disepakati secara nasional. Sebab, pada dasarnya semua lulusan harus mampu memberi layanan sebagai bagian dari profesi Apoteker. “Ubaya juga akan meningkatkan kurikulum pembelajaran agar menghasilkan lulusan yang benar-benar kompeten,” lanjut Endang.
Peserta sendiri mengaku mendapat manfaat sebagai pengukur ilmu yang didapat serta mengasah cara pikir seorang apoteker yang baik. “Kalau hanya sekedar profesi, tidak akan bisa maju. SKPA inilah yang menjadi standar kompetensi bagi apoteker di Indonesia,” ucap Lindawati SFarm, salah satu peserta.
Hasil SKPA pertama pun rupanya menunjukan rating yang memuaskan. Para calon apoteker baru dinyatakan lulus dengan hasil yang mayoritas melebihi passing grade yang ditetapkan bahkan melebihi perkiraan. Walaupun ada yang dinilai kurang dari beberapa aspek, namun tidak ada peserta yang nilai rata-ratanya tidak mencapai passing grade. Semua peserta pun dinyatakan lulus. “Ubaya akan memberikan treatment dan evaluasi ulang untuk lebih memantapkan kompetensi mahasiswa,” tutup Endang. (puz)
[ Posted 11/06/2011 oleh welly ]