Cyber Media
Call Warta: 2981039
Global Warming yang saat ini sudah menjadi isu hangat dunia, tentu harus mendapat perhatian khusus dari kita semua. Atas dasar itulah, Pusat Studi Lingkungan (PSL) dan Center for Business & Industrial Studies (CBIS) Ubaya bekerjasama dengan The Australian Trade Commission-Australian Embassy mengadakan kuliah tamu dengan tajuk “The Carbonomics of Climate: Looking Beyond Kyoto and Copenhagen”.
Hadir dalam kesempatan kali ini adalah Prof Janek Ratnatunga MBA PhD Dip M FCA CPA CMA. Janek merupakan Professor dan Kepala University of South Australia (UniSA). Sebanyak 135 orang dari berbagai kalangan berkumpul. Mereka dismbut dengan pemutaran Film yang menggambarkan tentang kondisi bumi saat ini. Film buatan mantan wapres Amerika Serikat tersebut berjudul “An Inconvenient Truth”. Setelah pemutaran film tersebut, Janek mulai menerangkan tentang permasalahan dunia saat ini. Diawali dengan penjelasannya tentang kondisi bumi dahulu, dimana pada saat gunung meletus, tanah disekitarnya jadi subur dan tumbuhan tumbuh dengan baik. “Tapi saat ini, tumbuhan yang baru tumbuh, langsung ditebang,” terang Janek. Adapun berbagai pertemuan dunia diadakan, untuk menyelamatkan bumi ini, seperti The Kyoto Protocol dan KTT Kopenhagen.
Namun sayang, keduanya mengalami kegagalan. Emisi carbon (C) terus berkembang dan pohon terus ditebangi. Berbagai cara ditempuh untuk menyelamatkan dunia ini. Misalnya saja dengan penerapan pajak bagi tiap carbon yang terbuang. “Bagi negara yang punya banyak uang, tentu akan memilih untuk memebayar carbon yang dikeluarkan,” ujar Janek. Solusi lain adalah memberikan ijin khusus pada badan atau perorangan ketika memulai usaha dan mendirikan organisasi yang bisa mengontrol emisi gas carbon.
Namun sebenarnya, ada manfaat ekonomi yang bisa diperoleh dari emisi gas karbon tersebut. Manfaat tersebut adalah penanaman pohon untuk menyimpan emisi gas carbon, yang kemudian diperdagangkan. “Sebagai contoh, Australia akan membayar negara-negara berkembang seperti India dan Indonesia untuk menyimpan carbon diperoleh melalui proyek CDM atau dibeli melalui pasar ETS,” tutur Janek kepada peserta seminar. Sebagai ahli akuntansi, maka Janek pun memberikan perhitungan secara rinci dari perhitungan perdagangan ini.
Janek pun menerangkan lebih lanjut mengenai isu global ini secara terperinci, dan peluang bisnis dari isu ini kedepannya. Maka tak heran, ia menamai istilah ini dengan carbonomics, yang terdiri dari kata-kata carbon dan economics. Ia juga menerangkan ilmu-ilmu yang bisa terkait dengan isu global ini, yaitu antara lain ilmu hokum, pengetahuan lingkungan, bio-kimia, dan tentu saja audit keuangan.
Bagaimana respons peserta tentang seminar ini? Tentu respons peserta sangat bagus, ditunjukkan dengan banyaknya pertanyaan menarik yang dengan senang hati, Janek pun mau menjawab dengan jelas. “Lumayanlah, dapat banyak manfaat tentang carbon trading ini. Dapat pengetahuan juga, bahwa kita juga bisa melakukan langkah-langkah kecil untuk penyelamatan dunia,” ungkap Samuel Raymond, salah satu peserta.
“Ini merupakan penyelenggaraan yang kedua, kerjasama kita dengan Australia Trading yang merupakan bagian dari Australia embassy. Dan kali ini PSL juga bekerjasama dengan CBIS, karena topic ini merupakan gabungan isu linkungan dan sisi ekonomis,” kata Yunus Fransiscus, selaku ketua PSL.”Kedepannya, kita akan melakukan langkah-langkah untuk mengembangkan network, karena kita bisa mengembangkan kesempatan, misalnya saja untuk join project,” tutup Yunus. (wmm,mei)