Cyber Media
Call Warta: 2981039
Berbicara tentang Koran, tidak sekedar soal berita. Desain dan layout juga menjadi komponen penting dalam pembuatannya. Desain yang jelek tentu membuat pembaca tidak tertarik untuk membaca berita yang ada. Salomo Tobing, desainer grafis dan layouter Harian Kompas satu ini mau berbagi kisahnya selama bekerja.
Pria yang akrab dipanggil Sal ini termotivasi menjadi desainer karena jiwa seni yang mengalir dalam dirinya. Menjadi seorang desainer, membuatnya bisa berkreasi dan menciptakan inovasi baru sehingga pekerjaannya tidak monoton.
Sembilan tahun bekerja di Kompas, bukanlah waktu yang singkat. Lalu apa yang membuatnya betah? “Multiculture dan kebersamaan bikin saya enggan meninggalkan Kompas,” ungkapnya. Selain itu, meja kerja ayah satu anak ini dibuat homey karena keluarganya berada di Bandung.
Sal yang bukan berasal dari background desain ini mengaku banyak kendala yang ia hadapi diawal kerjanya. “Salah di satu desain saja, seluruh Indonesia bisa salah,” tuturnya. Kritik yang ia terima pun pada akhirnya dijadikan motivasi untuk lebih baik kedepannya.
Setiap hari, Sal menggali ide untuk contoh desain sembari mempelajari software baru untuk mengolah foto. Tapi jangan bayangkan ia hanya bekerja di depan komputer. Di saat tertentu, seorang desainer pun perlu melakukan wawancara. “Khususnya kalau mau bikin grafik atau kronologi kejadian, pasti harus wawancara saksi mata,” jelas pria kelahiran Bandung tersebut.
Hadir sebagai pembicara dalam acara SuJu (Super Jurnalistik) tanggal 4-5 Mei lalu, penghobi basket yang juga senang dengan anak muda tersebut mengaku puas. “Acaranya keren, panitianya mantap, pesertanya juga luar biasa,” imbuhnya.
Desain WU sendiri menurutnya sudah cukup bagus. “Desainnya lumayan, tinggal ditambah kreativitasnya biar ngangeni,” kata pria ramah tersebut. Sal juga berharap agar WU bisa datang mengunjungi kantor Kompas di Jakarta nantinya. “Gantian teman-teman WU yang main ke Kompas,” tutupnya sembari tertawa. (tif/wu)