Warta
UBAYA
09-11-2024
Cyber Media
Detil Edisi Cetak dengan Rubrik :Profil
- Luwes Berelasi berkat Live In
Siapa sangka, seorang mahasiswa yang terbilang cerdas dan cepat menangkap materi dalam kelas mengalami kesulitan saat hendak melakukan penelitian. Dosen telah berperan baik menyampaikan apa yang dibutuhkan. Jika mahasiswa ini merasa tidak mampu, lantas adakah yang kurang dari sistem perkuliahan?
Berangkat dari pengalaman nyata tersebut, sebuah program untuk memperkenalkan mahasiswa pada masyarakat pun dihadirkan bagi mahasiswa Fakultas Psikologi Ubaya. Hebatnya, proses pengenalan tersebut dilakukan dengan mengamati objek secara dekat yaitu dengan tinggal dan beraktivitas bersama. Inilah program yang biasa disebut dengan live in.
“Saya melihat ada yang perlu dibenahi dalam diri mahasiswa tersebut, karena itu saya mengusulkan program ini bagi mahasiswa FP,” ungkap Andrian Pramasi MSi, Wakil Dekan I FP. Maka di tahun 2000, live in pun mulai dirintis untuk membekali mahasiswa agar bisa berelasi secara luwes dengan orang lain. Apalagi sebagai makhluk sosial, tuntutan untuk terus berinteraksi dengan orang-orang dari beragam latar belakang menjadi hal utama yang pasti ditemui.
Program ini sebenarnya merupakan rangkaian terakhir dari program yang memang sudah ada sejak semester awal bagi mahasiswa FP. Untuk semester awal, diadakan program Exploring My Self agar mahasiswa bisa mengenal dirinya dengan lebih baik. Self Help Camp yang ada di tengah semester menjadi salah satu cara membantu peserta menanggulangi rasa jenuh yang dihadapi saat kuliah. Baru pada akhir semester, kegiatan live in dilakukan bukan sebagai tugas. Peserta hanya harus membuat tulisan mengenai pengalamannya selama menjalani kegiatan tersebut. “Tapi tulisan itu tidak untuk dinilai. Hanya untuk di-sharing-kan pada teman lain,” lanjut dosen Terapi Humanistik dan Psikologi Kesehatan ini.
Sayangnya ada mahasiswa yang hanya memaparkan data demografi saja sehingga terlihat bahwa ia tidak benar-benar melakukan tugasnya dengan baik. “Namun pada akhirnya mahasiswa itu sendiri yang merasa kurang dan kemudian mengulangi dengan kesadaran sendiri,” ujar Andrian. Melihat manfaat nyata yang diperoleh, program yang dulunya hanya bagi mahasiswa psikologi klinis ini kemudian wajib dilakukan oleh laboratorium lain di FP. Bahkan sekarang ada yang sudah menerapkan sistem magang sehingga lebih tersistematisasi. “Program ini kan juga demi kepentingan karir mahasiswa juga,” tutupnya. (puz)
[ Posted 15/05/2011 oleh welly ]