Warta
UBAYA
09-11-2024
Cyber Media
Detil Edisi Cetak dengan Rubrik :Profil
- Belajar untuk Hidup dan Hidup untuk Belajar
Jadwal perkuliahan yang padat bukan suatu alasan untuk menghalangi seorang mahasiswa berkecimpung dalam kegiatan lain di luar kuliah. Filosofi ini jualah yang mendorong Johan Sukweenadhi SSi untuk tetap aktif dalam kegiatan ormawa meskipun memiliki jadwal kuliah yang seabrek. “Menjadi aktivis memberikan banyak pengalaman berharga terutama dalam pembangunan karakter,” buka Johan. Namun jangan sampai kuliah menjadi terbengkalai karena ikut ormawa. “Ormawa harus menjadi komplemen atau pelengkap kegiatan kuliah, bukan sebagai substitusi atau pengganti,” tambahnya.
Berawal dari coba-coba mengisi waktu senggang di sela jam kuliah, mahasiswa FTB angkatan 2007 ini mengaku menjadi tertarik untuk aktif dalam kegiatan ormawa karena mendapat banyak pengalaman berharga. Tengok saja, dari sekedar menjadi anggota KSM Futsal Teknobiologi, cowok kelahiran Surabaya, 30 Agustus 1989 ini kemudian dipilih untuk menjadi ketua KSM. Dari situ, penyuka warna biru ini menjadi salah satu pelopor berdirinya BEM dan DPM Teknobiologi bersama teman-temannya. Pada puncaknya, cowok berkacamata ini terpilih untuk menjadi Gubernur BEM Teknobiologi hingga akhirnya menjadi Dewan Penasihat.
Memiliki segudang pengalaman softskill, tidak berarti cowok yang akrab disapa Johan ini melupakan kegiatan perkuliahannya. Meski sempat mengalami hambatan dalam pengerjaan skripsinya, Johan mengaku menjadikan setiap kesulitan sebagai suatu tantangan. Terbukti, cowok ramah ini tetap mampu menyelesaikan perkuliahannya dengan prestasi akademis yang gemilang. Skripsi bertajuk “Pengaruh Waktu Fermentasi serta Perbandingan Jumlah Sukrosa dan Water Kefir Grains terhadap Produksi Bakteriosin” telah mengantarnya meraih IPK 3.875. Dengan latar belakang memukau ini, tentu tidak salah bila penghobi nasi goreng ini terpilih sebagai mahasiswa teladan.
Membagi waktu sebagai seorang aktivis maupun mahasiswa tentu bukan perkara mudah. Cowok yang suka membaca ini mengatakan bahwa yang terpenting adalah selalu menentukan prioritas. “Ada saat dimana kita harus mengutamakan kegiatan kuliah, dan ada saat dimana kta harus lebih mengutamakan kegiatan ormawa. Kita harus tahu mana yang lebih penting untuk dijalankan, dan ketika kita sudah memegang prioritas itu, maka tidak akan ada hambatan berarti,” urainya.
Menilik rencana masa depannya, Johan mengaku bahwa dia sedang mempersiapkan diri untuk mencari pengalaman menjadi dosen di Ubaya. Sebagai alumni Ubaya, Johan hanya berharap agar Ubaya akan tetap membekas di hati para alumninya. “Semoga Ubaya benar-benar menjadi the first university in heart and mind,” ucapnya. Bagi teman-teman mahasiswa sendiri, Johan berpesan agar selalu menghargai setiap waktu yang dimiliki dengan baik. “Setiap hari adalah pelajaran, kita hidup untuk belajar, dan belajar untuk kehidupan,” tutupnya. (caz)
[ Posted 05/04/2011 oleh welly ]