Cyber Media
Call Warta: 2981039
Sebagai individu yang membutuhkan cinta, tentu kita pernah mendambakan sosok seorang kekasih yang kita idamkan. Terus berusaha mendapatkan kekasih ideal yang mencintai sepenuh hati bisa menjadi upaya yang akan ditempuh seseorang memperjuangkan cinta. Namun perlu diperhatikan bahwa pencarian tersebut bisa saja menjadikan seseorang terobsesi dan akhirnya mengubah jalan hidupnya.
“Secara garis besar, manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Berawal dari sifat sosial manusia, ada kebutuhan dimana manusia perlu cinta di dalam hidup mereka. Lalu kebutuhan dan kriteria yang berbeda-beda tiap individu serta harapan akan kebutuhan cinta memunculkan kekasih idaman,” tutur Monique Elizabeth Sukamto SPsi MSi yang merupakan dosen FP bagian laboratorium klinis. Selain itu, Monique juga mengunkapkan bahwa ketidakpastian akan cinta dan pengharapan akan seseorang menjadikan kekasih idaman yang didambakan setiap individu berbeda-beda.
Menurut penjelasannya, ada kriteria khusus yang menjadikan seseorang disebut kekasih idaman. “Yang pertama pasangan yang saling mencintai, dalam arti kita cinta orang itu dan kita mengharapkan orang itu juga membalas cinta kita dan rasa cinta itu ada. Yang kedua adalah saling pengertian antara kita dengan pasangan mengenai bagaimana kita ingin dicintai, dan cara mencintai yang diharapkan oleh kita dan tentunya itu butuh komunikasi. Ketiga, saling melengkapi karena sebagai manusia kita juga punya kekurangan, kita berharap kekasih idaman itu menutupi kekurangan kita,” jelas dosen yang akrab disapa Monique.
Dosen yang telah mengajar selama hampir empat belas tahun ini juga menuturkan bahwa terlalu mendambakan sosok kekasih yang sempurna dapat menyebabkan frustasi. Hal ini dipengaruhi oleh seberapa realistis sosok yang kita dambakan tersebut. Semakin tidak realistis, tentu semakin sulit diraih. “Bila terus bertahan bisa berdampak fanatik, terobsesi, hingga frustasi,” ungkapnya.
Monique juga mengungkapkan bahwa saat kita belum pernah berpacaran maka seringkali menempatkan kriteria pasangan yang tinggi. Namun hal itu masih bisa direvisi seiring dengan perjalanan dan pengalaman hidup. “Merevisi juga salah satu pilihan hidup. Sama halnya dengan hidup single juga pilihan hidup, namun manusia sangat fleksibel dan mampu berubah sehingga yang memilih hidup single bisa juga berubah karena perjalanan hidupnya”, jelas wanita asli Surabaya ini.
Dosen FP ini juga memberikan beberapa saran bagi mereka yang tak kunjung mendapatkan kekasih idaman yaitu untuk mengkoreksi harapan dan kriteria yang ditetapkan, apakah realistis atau tidak bagi diri sendiri. Selain itu dibutuhkan juga intropeksi diri dimana mungkin pendamba merupakan orang yang kurang terbuka dan sulit didekati atau malah bersifat cuek di depan pasangan idaman. “Lalu yang terakhir adalah interpersonal skill dimana pendamba harus dapat menghargai dan menghormati orang lain,” tutup Monique. (gun/wu)