Cyber Media
Call Warta: 2981039
Jauhnya tempat parkir yang disediakan oleh Ubaya dari kampus membuat sebagian mahasiswa enggan untuk memarkir kendaraannya di sana. Karena seringkali ada mahasiswa datang terlambat, sehingga mereka lebih memilih tempat parkir yang dekat. Hal itulah yang mengilhami bapak Kushaini, pemilik lahan parkir di samping FF. Bapak satu anak tersebut memulai usahanya sejak 2009.
Pada awalnya ia mengaku hanya coba-coba saja. “Melihat anak-anak banyak yang terburu-buru, jadi saya kepikiran membuka lahan parkir di sini,” ungkapnya. Hingga akhirnya ayahanda dari Sherly Iyatul Ardasafrina ini beralih profesi dari penjual minyak tanah menjadi pengelola lahan parkir.
Lahan yang beliau pakai sekarang ini ialah lahan milik orang tuanya. Setelah berhenti menjual minyak tanah, nalurinya untuk mencari nafkah mendorong ia memberanikan diri meminta ijin kepada orang tuanya untuk menggunakan lahan tersebut sebagai usaha tempat parkirnya.
Tidak sia-sia, setelah tiga tahun berjalan usahanya mulai menuai hasil. Penghasilan yang didapat memang tidak menentu, tapi cukup untuk membuat dapur tetap mengepul. “Kalau hari libur, pendapatan sekitar dua puluh ribu Rupiah. Tapi kalau lagi ujian, bisa sampai dua ratus ribu Rupiah,” tuturnya. Selain untuk mencari sandang pangan, pemasukan yang didapat digunakan untuk memperbaiki lahan parkirnya. Keseharian pria berusia 41 tahun ini hanyalah mengelola lahan parkirnya pukul enam pagi sampai pukul dua belas malam.
Dibantu oleh sang istri, bapak Kushaini bahu-membahu menciptakan keamanan dan kenyamanan bagi konsumennya. Ia pun pernah mendapat komplain dari mahasiswa seperti kerusakan kecil layaknya helm yang jatuh karena tersenggol ataupun kunci hilang. “Kalau ada kunci hilang biasanya saya panggilkan tukang kunci,” tuturnya. Untung selama ini tidak ada masalah berarti seperti kehilangan sepeda motor.
Beliau menceritakan beberapa kendala yang dialaminya. Terkadang ketika lahan parkirnya sudah penuh, dirinya tidak tega membiarkan ada mahasiswa yang datang dan tidak mendapat tempat parkir di lahannya. “Sehingga dengan amat sangat terpaksa beliau harus menolak mahasiswa tersebut. Karena saya sendiri bingung harus menempatkan di mana lagi kalau sudah penuh,” tutupnya. (tif/wu)