Cyber Media
Call Warta: 2981039
“Belajar H-1 itu sebenarnya tidak baik tetapi itu bukan masalah selama mampu belajar dengan sistem ini,” ujar Heny mahasiswi FH mengenai belajar H-1. Memang, kebiasaan tersebut memiliki sisi positif dan negatif tersendiri. Inilah yang membuat sistem belajar ini terus dilakukan dari generasi ke generasi. “Positifnya sih, kadang yang dipelajari cukup nyangkut di otak. Tapi belajar seperti ini bikin stress juga,” tutur Luluk Ariani, arek Poltek berpendapat. “Iya, cepat hafal tapi fisik juga lelah. Nggak baik buat kesehatan,” sambung Nela, dara asal FP.
Fakta pun menunjukkan jika belajar H-1 sudah dicap bukan cara belajar yang baik. Namun sekali lagi, kebiasaan menjadi alasan utama sistem itu masih dilakukan. “Dalam kondisi mepet bermanfaat banget, cuma bisa stres kalau belum selesai belajar materinya,” kisah Eka, cowok dari FF. Pendapat sebaliknya malah muncul dari Bobby yang menganggap belajar H-1 malah melatihnya mengatasi stres dan tekanan. “Tapi lebih baik jangan dilakukan, nilainya juga nggak maksimal sih,” tegas mahasiswa FT ini.
“Aku senang belajar H-1 karena ingatan lebih fresh waktu ujian. Walau agak cemas dengan hasilnya, sejauh ini hasilnya bagus kok,” ungkap Lita asal FBE berpendapat. Hal serupa disampaikan Samuel yang menganggap cara belajar tersebut seru dan tidak perlu banyak waktu. “Meskipun agak kurang tidur dan materinya kurang dikuasai juga sih,” imbuh penghuni FTB ini.
Well, hitam putih belajar H-1 memang membuat sistem ini tak sepenuhnya bisa dicap benar atau salah. Jika tidak terpaksa harus melakukannya, mengapa tidak belajar mencicil agar hasil ujian lebih maksimal? Semangat! (cg)