Warta
UBAYA
16-07-2025
Cyber Media
Detil Edisi Cetak dengan Rubrik :Poling
- Alam yang Memberi, Alam yang Mengambil
Jargon back to nature mulai banyak didengungkan untuk mengajak para penghuni bumi kembali menilik alam. Namun, tak bisa lagi kita menutup mata pada kondisi bumi. Bahwa bumi yang kita pijak, makin rusak tiap harinya!
Perkembangan teknologi terus mencapai tahap mengagumkan dari masa ke masa. Gaya hidup, cara pandang, dan pola pikir manusia pun mulai bergeser. Bermula dari ketergantungan pada alam sampai pada fase mandiri yang menggantikan segala ketergantungan menjadi minimal demi kemudahan manusia. Sayangnya tak banyak waktu yang digunakan manusia untuk berhenti dan memperhatikan kondisi lingkungan yang mulai berkawan dengan isu global warming.
Sumber daya alam yang kian menipis, polusi yang makin meningkat kadarnya, ditambah kebocoran lapisan ozon merupakan sedikit harga yang harus dibayar lingkungan demi kenyamanan yang dinikmati manusia. Sekali, dua kali, manusia masih khawatir pada bumi. Kesekian puluh kalinya, hanya para aktivis lingkungan yang maju melawan kerusakan tersebut. Akibatnya, tindakan mengeksploitasi alam pun lebih banyak ditemui dibanding tindakan melestarikan.
Bumi pun geram dibuatnya. Beragam ekspresi kemarahan ditunjukan bumi lewat bencana alam yang terjadi. Apakah alam yang merasa rugi? Tentu tidak, manusia lah yang akhirnya menderita segala kerugian. Di sisi lain, bumi pun tak secara frontal membenci manusia. Buktinya ia masih merelakan diri bersiklus secara alami untuk kelanjutan hidup manusia meski terus dikorbankan.
Ada baiknya, kita mulai menutup mata dan berdiri di tengah jalur pejalan kaki secara nyata. Rasakan di kulit cuaca yang terus tak menentu, cium bau yang pertama dicium entah sampah atau asap atau masih tersisa kesegaran, dengar suara alam, dan terakhir biarkan hatimu memilah. Damai kah yang terasa atau kehampaan akibat keegoisan yang terus dibiarkan tumbuh? Ada baiknya kita mulai peduli pada detail kecil yang sering kita lupakan akhir-akhir ini.
Tak ada kata terlambat untuk mulai mencintai lingkungan. Tak perlu berangan besar merombak dunia jika belum bisa mengubah pikiran kita sendiri. Membiasakan diri menghemat pemakaian listrik secara efisien, membuang sampah pada tempatnya, terlibat gerakan earth hour, menjadi tindakan sepele untuk dimulai. Namun bayangkan jika mayoritas manusia di muka bumi berpikiran serupa. Tentu hal tersebut akan berdampak luar biasa bagi dunia.
Sudah sepantasnya lingkungan dan bumi kita tercinta yang ada lebih dahulu sebelum kita dilahirkan, kita rawat sebaik-baiknya. Bukankah apa yang kita dapatkan, merupakan hasil dari apa yang telah bumi ini berikan pada kita? Ingatlah bahwa alam ini telah memberikan banyak hal, namun alam juga bisa mengambil semua yang telah diberikannya kepada kita. (iuz)
[ Posted 15/05/2011 oleh welly ]