Warta
UBAYA
10-11-2024
Cyber Media
Detil Edisi Cetak dengan Rubrik :Poling
- Penting namun bukan Keharusan
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus didukung oleh beragam inovasi baru terus memanjakan masyarakat dalam berkomunikasi. Hingga kini, situs jejaring sosial yang bervariasi menjadi pilihan para penggunanya untuk bisa eksis di dunia maya. Masyarakat terutama kaum muda pun seakan sangat tanggap untuk terus mengikuti satu demi satu jejaring sosial yang terus bermunculan.
Lantas, bagaimana menanggapi bombardir kehadiran situs sosial di kalangan mahasiswa? Marselius Sampe Tondok, ketua laboratorium Psikologi Sosial Ubaya menyatakan bahwa jejaring sosial adalah penting bagi mahasiswa bahkan semua orang. Namun perlu diingat bahwa segala hal pasti memiliki sisi positif dan negatif. “Layaknya pisau, jejaring sosial pun berubah buruk di tangan penjahat. Namun bisa sangat bermanfaat di tangan pengguna yang tepat dan baik,” ujar Marselius beranalogi.
Manfaat yang cukup nyata dengan hadirnya jejaring sosial adalah membangun koneksi antar sesama manusia. Hal ini bermanfaat terkhusus bagi mahasiswa berkat kemudahan berbagi dan mengakses jaringan informasi antar pengguna. “Sudah tidak asing lagi kok sharing info tugas dan kuliah lewat situs-situs yang ada,” lanjutnya lagi. Hal positif lain dengan adanya situs macam facebook, mahasiswa bisa mencari teman dan membangun relasi dengan lebih mudah berkat teknologi yang mendukungnya. Proses sosialisasi dengan sesama pun bergeser tak hanya lewat proses tatap muka namun dapat dimulai melalui jejaring sosial. Teman, habitat, serta modal sosial (social capital) inilah yang menjadi nilai positif bagi pengguna.
Di sisi lain, jejaring sosial bisa bersifat layaknya candu bagi penggunanya. Dampak negatif seperti lupa waktu menjadi kasus yang cukup sering ditemui dewasa ini. Konsentrasi saat perkuliahan berlangsung pun sering buyar karena asyik menelusur akun miliknya lewat ponsel atau laptop. Ironisnya, teman yang dulunya dekat bisa merenggang karena teman yang baru dikenal lewat akun sosial nampak lebih menarik. Hal semacam itu menyebabkan relasi sosial pengguna yang sudah kecanduan menjadi tidak wajar.
Tetapi Marselius mengingatkan bahwa semua kembali tergantung pada individu pengguna. Kebijaksanaan dan kedewasaan sebagai mahasiswa sangat perlu diperhatikan dalam berjejaring sosial. “Jejaring sosial hanya merupakan sarana, bukan tujuan utama dari sesuatu,” tegasnya. Bila akun sosial yang dimiliki dijadikan sebagai tujuan utama hidup, jelas kondisi candu beserta segala efek negatifnya akan timbul. “Punya akun di suatu jejaring sosial bukan keharusan kok, Komunikasi terbaik tetap face to face,” tutupnya. (asp)
[ Posted 05/04/2011 oleh welly ]