Cyber Media
Call Warta: 2981039
PADATNYA kegiatan dapat menyebabkan seseorang mudah terserang stress, jenuh, dan tertekan. Hal tersebut tak urung membuat setiap orang ingin merelaksasi jiwa dan raga mereka dengan berbagai cara yang berbeda-beda. Sekedar pergi ke mall, pijat relaksasi, dan jalan-jalan atau travelling merupakan sebagian contohnya.
Lebih mendekat lagi pada sebagian contoh tersebut, mungkin kita sering mendengar kata travelling yang umumnya identik dengan melakukan perjalanan ke luar kota, ke luar pulau, bahkan ke luar negeri. Pada intinya, mereka berupaya untuk me-refreshing-kan pikiran dari segala kepenatan.
“Sebenarnya, travelling itu terkait dengan pengembangan diri, sehingga tak hanya sekedar jalan-jalan saja,” jelas Ananta Yudiarso SSos MSi. Menurut salah satu dosen FP Ubaya ini, travelling juga dapat mengasah kemampuan kita dalam berkomunikasi. Misalnya saja ketika bepergian ke negeri orang lain, kita harus mengasah komunikasi dalam berbahasa asing. Pandai memanfaatkan waktu juga diasah ketika travelling, apalagi jika seseorang pergi dengan tujuan untuk melakukan riset maupun kepentingan lain yang membutuhkan kedisiplinan tinggi. “Banyak manfaat dan soft skills yang diperoleh selain kesenangan semata,” ungkap penghobi travelling dan hiking ini.
Berbicara tentang travelling, ia membedakan menjadi dua jenis yaitu backpacker dan travelling having fun. Sebelum memulai travelling, orang-orang pasti merencanakan dan mengevaluasi tempat liburan yang sesuai bagi mereka. Menurut Ananta, setiap akhir perjalanan terdapat success story. Dari situlah seseorang dapat menceritakan perjalanannya ke orang-orang terdekat, sebab ada rasa bangga tersendiri ketika menceritakannya. “Traveller juga harus memiliki jiwa pantang menyerah dan harus mampu beradaptasi dalam situasi apapun. Selagi masih muda, jadilah penjelajah,” tutupnya. (inz)