Cyber Media
Call Warta: 2981039
“Awalnya ngerasa grogi dan canggung soalnnya saat itu dance masih belum dikenal banyak orang, jadi rasanya kurang percaya diri”
Perasaan inilah yang diutarakan Mahasiswa FBE, Gregorius Stanley Pratomo, saat memulai profesinya di dunia dancing sejak kelas X. Berawal dari tawaran dance untuk mengisi acara SMA, seperti acara bazaar dan acara sweet seventeen, Stanley membentuk tim dance-nya dengan julukan Sacrifar. “Dengan beranggotakan 28 orang yang berasal dari berbagai universitas ini, aku yakin aktivitas dance akan semakin berkembang,” sahutnya.
Meski ia pernah mengalami krisis kepercayaan dari masyarakat, Stanley tak pernah lelah untuk mengembangkan profesi dance-nya. Demi hal tersebut, ia terus berlatih dan mencoba gerakan-gerakan yang belum pernah ia lakukan. “Pernah mencoba gerakan yang kelihatannya ringan tapi justru cedera fatal hingga 5 bulan baru pulih,” ucap mahasiswa jurusan IBN ini. Walau demikian, Stanley sangat menikmati dan merasa enjoy karena dance juga merupakan hobinya.
Hobi yang Stanley jadikan profesi ini tak menjadikannya lalai dalam studinya. Meski profesi dance-nya tak bisa ditinggalkan, studi tetaplah menjadi prioritas. “Harus sadar sebagai mahasiswa untuk tidak mengabaikan belajar. Sikap yang paling utama adalah respect, dengan siap beradaptasi dan terus berlatihlah yang menjadi kunci utama,” ujarnya. Selain itu, Stanley merasa dance dapat menghindarkannya dari hal negatif seperti narkoba dan merokok.
Bagi Stanley, profesi dance tidak seperti hobi biasa. Penari harus professional dan memenuhi harapan penonton. “Penonton berharap tidak mau rugi dan tidak ingin kecewa dengan pertunjukan yang diberikan serta ingin senang menikmati pertunjukan. Kita harus bisa menunjukan yang terbaik. Walau cedera pun harus diakali,” tutup Stanley yang juga gemar membaca. (gun)