Cyber Media
Call Warta: 2981039
“Pasang surut yang dialami produksi film Indonesia dari tahun ke tahun bukan menjadi hal yang baru bagi insan perfilman yang ada khususnya di Indonesia”
Keadaan tersebut rupanya tidak menyurutkan minat masyarakat untuk menantikan kehadiran film yang bermutu dan memiliki nilai. Begitu pula dengan mereka yang tergabung dalam komunitas film. Tidak hanya sharing, namun mereka berusaha melakukan pergerakan dalam menyajikan film dengan cara mereka sendiri, salah satunya melalui film pendek.
“Kesuksesan film dapat dicapai dengan adanya sutradara yang berpotensi dan berani membuat genre baru,” ungkap Edwyn Charisma Putra, salah satu anggota komunitas. Menghadirkan cerita yang menarik bukan perkara yang sulit, karena inspirasi cerita dapat diperoleh dari hal yang tidak terpikirkan sebelumnya. “Seluruh genre film itu menarik asal digarap secara serius,” ujar Nobo, sapaan akrabnya. Tren film nasional tidak seluruhnya terpengaruh pihak asing, hanya saja tergantung dari selera masyarakat..
“Sebenarnya film yang terkesan negatif dapat dijadikan film yang bermutu,” ujarnya. Film horor yang muncul awal tahun 2000 dengan kondisi film horor sekarang ini adalah salah satu contoh, hanya saja yang terpenting adalah niat, tergantung bagaimana dengan proses lanjutannya.
Tidak hanya Nobo, Miftaful Faza juga mengungkapkan bahwa film merupakan media penyampaian yang efektif. Faza, begitu ia dipanggil, tertarik untuk menghadirkan film nasional yang berkualitas. “Sekarang mungkin baru film pendek, namun kedepannya berharap dapat meramaikan film nasional yang bermutu dan memiliki makna,” tungkasnya.
Oleh karena itu, ia bersama komunitas merasa tertantang demi memajukan perfilman nasional yang kini sering didominasi oleh mereka yang hanya market oriented. “Sebenarnya kita mampu menghadirkan film dengan cerita yang bermakna secara berkesinambungan, tetapi membutuhkan proses yang panjang,” imbuh Nobo.
Tidak hanya itu saja. support penonton dan pemerintah sangat menentukan kemajuan perfilman nasional. Indonesia telah memiliki sutradara yang karyanya tidak kalah dengan film asing, namun kendala pembajakan, dana, alat dan kepercayaan produser serta minat masyarakat kerap menjadi penghambat.
“Kedepannya film nasional dapat menjadi industri baru yang potensial, karena hal tersebut dapat mengharumkan budaya nasional ke kancah Internasional,” harapnya. (eph)