Cyber Media
Call Warta: 2981039
“Engklek, delik-delikan, pasaran, bekel, lompat tali, dakon, dan masih banyak lagi,” ungkap Yurianti Emylia, mahasiswi FP Ubaya saat menuturkan jenis-jenis permainan yang pernah ia mainkan semasa kecilnya. Permainan tradisional merupakan permainan yang marak dan diminati oleh semua orang, khususnya di kalangan anak-anak sebelum abad ke-20. Selain tidak membutuhkan biaya yang mahal, permainan tersebut sangat bermanfaat untuk melatih anak dalam berkomunikasi sejak dini guna membangun hubungan yang baik dengan teman-teman sebayanya.
Berbeda dengan anak-anak yang hidup di era sekarang, perkembangan teknologi yang sangat pesat ternyata juga membawa pengaruh yang signifikan terhadap jenis dan gaya permainan anak-anak. Dara kelahiran Solo ini sebenarnya tidak anti terhadap berbagai jenis permainan modern yang booming di tengah masyarakat dewasa ini. Ia mengakui bahwa dirinya pun juga memanfaatkan Ipad sebagai salah satu media yang digunakan untuk bermain game dan aplikasi lain sebagai hiburan.
Berbagai jenis permainan modern kini semakin merajalela dengan harga yang cenderung beragam dan bersaing di pasaran. Hal tersebut praktis membuat jenis permainan tradisional yang konon dipercaya memberi banyak manfaat bagi individu dan lingkungannya menjadi sudah sangat jarang ditemui, apalagi di kota-kota besar. Anak-anak dan orangtua pun menjadi cenderung menyukai permainan modern yang lebih praktis, meski harganya relatif lebih mahal.
Memang bukan suatu hal yang salah dan buruk dengan adanya peralihan trend tersebut. Perkembangan teknologi yang semakin canggih dan pesat pun tidak dapat dihindari dengan cara tetap mempertahankan kebiasaan yang kita anggap baik dalam bermain. “Kuncinya adalah orangtua harus benar-benar memperhatikan kebutuhan anak-anak agar tidak terjadi dampak negatif yang tidak diinginkan. Dengan demikian anak-anak dapat menikmati kecanggihan teknologi yang ada melalui berbagai jenis permainan modern, tanpa membuat mereka menjadi individual dan tetap mampu berelasi dengan teman-temannya,” pesannya bijak. (ms1)