Cyber Media
Call Warta: 2981039
Motto di atas tidak sepenuhnya dapat disalahkan. Pasalnya, bermain game tidak berbeda jauh dengan belajar. Banyak manfaat yang bisa dipetik ketika bermain game. Selain sebagai media untuk memperluas jaringan pertemanan dan menghilangkan rasa penat, secara tidak langsung game dapat mengasah kreatifitas dan kemampuan berbahasa Inggris.
Melihat banyaknya manfaat yang dihasilkan, kini para game developer berlomba-lomba menciptakan game dengan grafik yang lebih realistis dan menarik, misalnya Nintendo Wii, XBOX 360, NDS 3D, dan Play Station 3.
Perkembangan ini diterima baik oleh masyarakat. Namun ada beberapa pihak yang beranggapan bahwa semakin canggihnya suatu gadget, isi atau konten dari game didalamnya semakin tak terkendali. Makin inovatif suatu game makin banyak muatan negatif seperti rasis dan kekerasan terkandung didalamnya. Hal ini dapat mempengaruhi penggunanya, terutama anak di bawah umur yang masih belum sepenuhnya menyadari perbedaan dunia nyata dan dunia game. Oleh karena itu, sebaiknya orang tua menyajikan game berunsur edukasi terlebih dahulu kepada anak, sebelum akhirnya mengajarkan game lain sesuai dengan umurnya.
Selain itu, kecanggihan game juga membawa dampak negatif lainnya. Beberapa game seperti online game terkadang membutuhkan uang supaya dapat bermain lebih lanjut. Makin menarik suat game, makin membuat para penggunanya lupa waktu, lupa diri, dan menjadi individualis. Dilihat dari sisi kesehatan, gadget maupun layar monitor yang digunakan untuk bermain game juga memancarkan radiasi yang mampu merusak mata.
“Semuanya kembali ke pribadi masing-masing. Kita harus sadar diri bahwa apa yang kita mainkan hanyalah sekedar pengisi waktu dan penghilang stress. Jangan sampai game tersebut menjadi fokus utama hidup. Terlebih, jangan sampai waktu hidup kita terbuang sia-sia hanya untuk bermain game semata,” tegas Andre MSc selaku dosen Informatika Ubaya. (re2,cyn)