Cyber Media
Call Warta: 2981039
Pernah membayangkan rasanya menjadi korban kriminalitas? Akankah kita menjadi trauma atau justru memperkuat diri demi perlindungan mandiri? Inilah dua pengalaman berbeda yang pernah dialami dua dosen Politeknik Ubaya…
Sama-sama mengajar mata kuliah bahasa inggris, Rr F Reina A Hadikusumo SE MM MKom dan Edith Primadiana SPd menghadapi tindak kriminalitas yang menimpa mereka dengan cara berbeda. Jika Edith sempat trauma selama sebulan karena dijambret, Reina yang memiliki lebih banyak pengalaman menghadapi kriminalitas menjadi lebih waspada karenanya.
Jauh sebelum Edith mengajar di Ubaya, ia pernah dijambret di daerah Manyar saat keadaan sepi. Ia melihat seorang laki-laki berbaju hitam di belakangnya membawa parang. “Tanpa sadar tas saya sudah diambil dan ada orang yang meneriaki jambret,” kenang Edith. Kejadian yang berlangsung cepat itu membuatnya tak sadar jika lengannya terkena gores parang ketika si penjambret memotong tali tasnya. Di tengah kondisi syok, ia ke rumah sakit dan mendapat jahitan karena luka yang cukup dalam. Trauma pun dialaminya sehingga membuatnya tak berani membawa tas saat keluar rumah. “Sampai berani membawa tas seperti sekarang perlu proses. Saya juga jadi lebih waspada,” tukas dosen ramah ini.
Berbeda dengan Reina, dosen yang sejak kecil berlatih bela diri Shorinji Kempo ini tak sungkan menghajar pelaku yang melakukan tindakan di luar batas. Ia pernah hampir mengalami modus kriminalitas dalam motif gendam. Ketika hendak berangkat mengajar, Reina sudah curiga karena kondisi daerah rumahnya sepi. “Padahal daerah rumah saya tak pernah sepi. Eh, saya dihampiri laki-laki yang mengaku dari Singapura bertanya ongkos pergi ke Tunjungan Plaza,” ujar Reina. Sambil mengeluarkan uang seratus ribu, laki-laki itu minta ditemani yang tentu ditolak oleh Reina. “Di kepala saya muncul suara-suara yang mengatakan saya ikut saja,” lanjutnya. Sempat diseret paksa, ia mengelak dengan suara yang cukup keras namun tak satu pun orang yang muncul. “Akhirnya saya tendang saja daerah kemaluan mereka sampai saya lolos. Namun setelahnya saya tak langsung ke kampus juga karena takut diikuti,” ungkapnya.
Dari dua pengalaman tersebut, kedua dosen ini menarik kesimpulan serupa untuk tetap waspada dalam menjaga diri sendiri. “Bela diri memang perlu, selain bisa menjaga diri juga bisa menambah kepercayaan diri dan kontrol emosi. Namun jangan digunakan untuk hal yang tidak perlu,” tutup Reina bijak. (mg, az/wu)