Cyber Media
Call Warta: 2981039
Dilihat dari segi rasa, jelas makanan jenis ini banyak diminati. Namun melihat lebih dalam pada bahayanya, perlu dipikir ulang untuk membelinya…
Hal itulah yang juga mendasari Yusnita Liasari STP MT untuk lebih suka mengonsumsi makanan hasil olahan sendiri. Dosen Fakultas Teknobiologi ini juga cukup menyayangkan jika banyak konsumen yang hanya mementingkan rasa dibanding bahaya yang biasanya ditemukan dalam street snack. “Sebenarnya ada tiga bahaya utama yang bisa ditemui yaitu bahaya fisik, kimia, dan biologis.
Dijelaskan lebih lanjut, bahaya fisik merupakan bahaya yang dapat dilihat langsung oleh mata seperti plastik, rambut, stapler, hingga paku. Sedangkan bahaya kimia bisa disebabkan oleh asap kendaraan dan partikel debu. Terakhir, bahaya biologis biasa terjadi karena lalat yang menghinggapi makanan. “Lalat merupakan hewan pembawa mikroorganisme sumber penyakit,” tambahnya.
Yusnita juga menegaskan bahwa sebagai konsumen, kita perlu memperhatikan bahaya kimia dan biologis yang tidak terlihat. Contoh nyatanya adalah saus yang ada digunakan oleh penjua, ada beberapa penjual yang menggunakan pepaya dan tomat busuk lalu diberi pewarna tekstil. “Kalau pewarna tekstil tidak bisa hilang ketika dicuci, bayangkan saja bila masuk ke dalam tubuh kita. Senyawa asing ini akan menyebabkan sel dalam tubuh bermutasi dan menyebabkan penyakit seperti tumor dan kanker,” terang dosen berkacamata ini.
Konsumen juga sering kurang memperhatikan penggunaan monosodium glutamate (MSG) pada makanan untuk memperkuat rasa. Walaupun merupakan penyedap rasa yang sering dipakai dalam masakan, konsumsi berlebihan terhadapnya sangat tidak baik dan bisa berbahaya dalam konsumsi berkepanjangan. Belum lagi maraknya pengawet yang beredar bebas di masyarakat seperti borax dan formalin. “Kebijakan hukum mengenai perlindungan konsumen memang masih belum jelas dan memadai. Pihak konsumen lah yang perlu lebih selektif. Pilihlah makanan bergizi seimbang serta aman dikonsumsi, kemudian baru pertimbangkan rasa,” pesan Yusnita bijak. (mdi/wu)