Cyber Media
Call Warta: 2981039
Kenal dengan car free day? Yup, ini adalah hari dimana Surabaya membebaskan diri dari deru kendaraan bermotor di beberapa ruas jalan di jantung kota seperti Jalan Darmo. Jika upaya mengurangi polusi ini sudah dilakukan, sebenarnya efektif kah tindakan semacam ini mendukung gerakan cinta lingkungan? Secara psikologis, gerakan semacam itu merupakan salah satu bentuk ecological commitment sebagai wujud manusia meningkatkan kualitas hidupnya sesuai teori evolusi. “Hal tersebut juga mencerminkan kelekatan manusia pada tempat tinggal dan budaya asalnya,” terang Ananta Yudiarso SSos MSi, dosen psikologi sosial Ubaya.
Dosen ramah inipun mengungkapkan bahwa seharusnya kesadaran mencintai lingkungan perlu ditanamkan sejak dini, misalnya dengan adanya program pendidikan lingkungan. Iapun merasa agak prihatin dengan kondisi masyarakat yang kurang memperhatikan pentingnya rantai makanan. “Ada baiknya hal tersebut menjadi budaya agar masyarakat secara luas memiliki dorongan untuk menjaga lingkungannya,” tukas kelahiran 14 September 1973 ini.
Ananta mencontohkan kebiasaan baik yang dimiliki masyarakat Jerman dan Singapura untuk menciptakan car free day meski tidak memiliki program tersebut. Masyarakat di sana memilih menggunakan Mass Rapid Transit (MRT) dibanding naik kendaraan pribadi. “Di sana bahan bakar, pajak dan biaya parkir cukup mahal, selain itu memang diberlakukan sistem pembatasan usia kendaraan. Semakin tua usia kendaraan, semakin mahal pula biaya yang harus dikeluarkan,” jelasnya.
Intinya, Ananta berpendapat bahwa program car free day sebenarnya hanya menguntungkan dari segi ekonomi sebab masyarakat Indonesia belum menjadikannya sebagai budaya sehingga kurang efektif mengurangi polusi. MRT bisa jadi solusi mengurangi polusi jika diberlakukan di Indonesia. Dengan catatan, MRT tersebut harus murah dan nyaman agar masyarakat lebih memilih menggunakan MRT ketimbang kendaraan pribadi.
Ubaya pun aktif berpartisipasi menjaga lingkungan terlihat dari banyaknya tanaman hijau di area kampus. “Mahasiswa juga harus ikut fokus menjaga kelestarian lingkungan. Saatnya menjadi agent of change bagi lingkungan luar,” pesannya bijak. (iuz)