Cyber Media
Call Warta: 2981039
Seringkali faktor kenyamanan menjadi prioritas seseorang dalam menerapkan Go Green, tak terkecuali Harry Dijkema. Mahasiswa asal Belanda yang tengah mengenyam studi di Ubaya ini menilai bahwa penghijauan di Ubaya sudah cukup baik. “Di Ubaya sangat hijau, hampir sama dengan kampus saya di Belanda. Hanya saja jalan-jalan di Indonesia tidak sebersih di Belanda,” tuturnya.
Namun jika ditilik berdasarkan wilayah Indonesia secara keseluruhan, Harry merasa lingkungan di di Indonesia masih terkesan kotor. Hal itu berbeda kontras dengan kondisi tanah airnya. “Masyarakat di Belanda sangat menjunjung kebersihan, bahkan tempat sampah selalu ada di pinggir-pinggir jalan, ”ujar pria kelahiran 19 Juni 1989.
Tak heran, masyarakat di negeri kincir angin memang dididik untuk membuang sampah pada tempatnya. Hal inilah yang akhirnya melahirkan kebiasaan baik bagi penduduk Belanda. Walaupun tidak ada undang-undang yang mengatur, masyarakat di negara kecil ini tidak pernah membuang sampah sembarangan. Tidak hanya soal sampah, kuliner di Belanda juga lebih higienis. “Menurutku makanan di Indonesia enak. Sayangnya setiap kali makan di warung, perut saya selalu sakit. Mungkin makanannya tidak bersih,” kisah penggemar nasi goreng ayam tersebut.
Sebenarnya banyak masyarakat Belanda yang mempunyai mobil layaknya di Indonesia. Tetapi karena tingkat kesadaran yang tinggi akan polusi, kebanyakan dari mereka memilih naik kereta jika berpergian. “Kereta di Belanda sangat cepat dan bersih. Di Indonesia keretanya bising, lambat, dan tidak selalu ada. Hal itu membuat saya tidak nyaman,” jelas mahasiswa yang mengambil jurusan Bisnis dan Ekonomi tersebut
Yang membuat kagum, hampir seluruh rumah di sana terdapat kebun. Selain berfungsi untuk penghijauan, kebun juga dijadikan tempat pesta BBQ dan duduk-duduk setiap weekend sebelum akhirnya dibersihkan. (zhi)