Cyber Media
Call Warta: 2981039
Papan yang sering patah, biaya besar, ditambah resiko luka fisik yaitu patah tulang memang layak membuat skateboard dijuluki extreme toys. Berbalik dari fakta tersebut, para penikmat permainan ini justru menjadikan tiap momen sebagai tantangan baru. Komunitas pun dibentuk demi mencari rekan berbagi hobi. Misalnya saja Brand Undersitter, salah satu komunitas sekaligus penjual skateboard di Surabaya. “Ini komunitas yang bisa jadi pekerjaan juga,” ucap Aditya Surya Wirawan, salah satu aktivisnya.
Awal menggeluti dunia skateboarder pun bisa dibilang tanpa sengaja. Dulu saat bermain sepakbola, ia harus berbagi lapangan dengan kumpulan anak-anak sateboard. Lama mengamati mereka, pria yang akrab disapa Surya ini mulai penasaran pada permainan itu. “Saya pikir apa susahnya berdiri di atas papan seperti itu. Waktu itu saya bertaruh kalau saya tidak akan jatuh,” kenang penghobi masak ini. Di luar perkiraan, ia jatuh seketika. Namun dari situlah ketertarikannya pada dunia skateboard timbul.
Awal mencoba, Surya sempat kaget melihat harga skateboard yang dijual di toko. “Dulu yang model zero harganya delapan juta hanya untuk sebuah papan skate,” ungkapnya. Namun diakui kualitas papan impor dan lokal memiliki perbedaan yang jauh berbeda terutama dalam proses pembuatan yang kalah teknologi. Produk lokal pun banyak didominasi pasar Cina. “Sebagai penjual, aku pilih papan baker yaitu premium brand bagi pemain pro. Papannya terbuat dari kayu maple pilihan lho,” lanjutnya.
Untuk merawat skateboard, pria berambut keriting ini tak pernah sembarangan. “Misalnya, jangan sampai papan terkena air karena papannya terbuat dari berlapis-lapis kayu yang dipres jadi satu,” sarannya. Penggunaan sepatu juga perlu diperhatikan yaitu yang nyaman dan sebisanya menggunakan sepatu khusus skate yang lentur, bersol, dan bantalannya bisa meredam.
“Saya senang dengan perkembangan komunitas yang terus maju ditambah dengan arek skateboarder yang makin aktif dan kreatif,” tutupnya. (jef, moe)