Cyber Media
Call Warta: 2981039
Tahukah Anda, secara psikologis akan ada dua idenditas yang dimiliki cosplayer? Untuk tahu lebih dalam mengenai cosplay dari sudut pandang psikologi, tak ada salahnya bila kita bertanya pada Irma Vania Oesmani, salah satu dosen di lab. sosial FP Ubaya. Menurut dosen muda ini, cosplayer merupakan orang yang tidak hanya sekedar berkostum anime atau manga, tetapi juga memainkan serta menghidupkan karakter tersebut.
Cosplayer akan mengalami yang namanya confuse personal identity, yaitu adanya dua identitas yang biasanya disebut diri imajinasi (imagined self) dan diri nyata (real self). Biasanya, cosplayer akan mengikuti karakter jagoannya. “Hal itu akan mempengaruhi sikap dan perilakunya di kehidupan nyata. Misalnya karakter Detektif Conan yang tidak suka dengan kismis, maka cosplayer juga ikut tidak suka kismis,” papar wanita 25 tahun ini.
Secara psikologis, cosplay memiliki pengaruh positif. ”Cosplay berpengaruh terhadap self esteem atau keyakinan pada dirinya untuk menghidupkan karakternya. Hal itu menjadikan mereka percaya diri, karena bisa menghidupkan sifat-sifat karakternya ke real self,” ujar pengajar psikologi hukum ini.
Namun, perlu disadari ternyata cosplay juga berpotensi menimbulkan efek negatif. Cosplay bisa menyebabkan orang tidak puas terhadap dirinya karena adanya imagined self dan real self. “Ketika mereka suka akan imagined self-nya, maka kebanyakan mereka tidak puas terhadap real self-nya serta tidak bisa menerima real self apa adanya,” papar dosen yang hobi nonton DVD ini.
“Cosdplay tidaklah negatif, namun harus berhati-hati jangan sampai bentrok antara diri fantasi dan diri nyata,” ujar wanita ramah ini. Jika terjadi bentrok, maka cosplayer bisa mengalami frustasi. “Harus disadari juga bahwa aturan dunia fantasi dan dunia nyata sangatlah berbeda,” tutup Irma Vania Oesmani. (kiq)