Cyber Media
Call Warta: 2981039
Atmosfer piala dunia telah meliputi para penggila bola akhir-akhir ini. Tidak hanya dirasakan oleh para penggila bola tanah air semata, namun turut juga melingkupi salah seorang mahasiswa asing yang sedang menuntut ilmu di Ubaya. Sammie Suprijadi Gabriel Maria van der Hooft, begitulah nama panjang pria yang akrab dipanggil Sammie ini.
Pria kelahiran Surabaya 30 Desember 1981 silam ini merupakan salah seorang mahasiswa pertukaran pelajar dari Rotterdam University yang sedang menimba ilmu konsentrasi manajemen di FBE Ubaya. Menceritakan sepenggal kisahnya, pria ramah ini menuturkan bahwa meski dia lahir di Surabaya, namun dia sudah tinggal di Belanda sejak kecil. Itulah mengapa dia belum menguasai bahasa Indonesia secara fasih.
Menyambut datangnya FIFA WORLD CUP 2010 yang akan dilangsungkan di Afrika Selatan nanti, penyuka Soto Ayam dan Nasi Rawon ini tampak cukup antusias dalam menyambut momen piala dunia. “Tentu saja saya mengidolakan Belanda karena Belanda merupakan negara asal saya,” ucapnya bersemangat. Tidak sekedar mendukung Belanda karena rasa nasionalisme, pengagum Wesley Sneidjer ini dengan bangga mengungkapkan bahwa banyak pemain bertalenta dari Belanda yang memiliki teknik bermain sepak bola yang baik dan professional.
Disinggung soal kiprah Belanda di Piala Dunia, mahasiswa yang duduk di semester enam ini mengaku sangat berharap Belanda dapat terus melaju sampai putaran final nanti. Dia menggambarkan pula ada dua lawan yang pantas menjadi lawan Belanda untuk mewujudkan sebuah final ideal. “Saya beharap Belanda bertemu dengan Jerman, karena Jerman memang tim yang bagus, atau Argentina, karena Argentina pernah mengalahkan Belanda di final piala dunia beberapa tahun silam. Saya berharap Belanda dapat membuat sebuah revenge dengan Argentina.” Urainya panjang lebar.
Disinggung lebih jauh soal perayaan Piala Dunia di Indonesia dibandingkan dengan Negara asalnya Belanda, penyuka es jeruk manis ini mengungkapkan bahwa perayaan piala dunia di Indonesia jauh lebih meriah dibandingkan dengan negaranya. Sammie menjelaskan bahwa pemberitaan tentang piala dunia di Belanda mungkin baru dilakukan sesaat sebelum piala dunia itu dihelat. Namun di Indonesia perayaan piala dunia itu sendiri sudah dikumandangkan jauh-jauh hari sebelum piala dunia itu tiba. Pria yang tinggal di apartemen Metropolis ini menceritakan bahwa orang-orang di sini juga sangat fanatic hingga rela menonton pertandingan yang dilangsungkan hingga larut malam. “We will not do it in Netherland.” jelasnya.
Lebih jauh, tidak lupa penghobi DJ ini menceritakan sepenggal pengalamannya dalam merayakan momen piala dunia. “Di Belanda, Kami biasa pergi ke café dan mengadakan acara nonton bareng, kalau tim kami menang kami akan sangat bersukacita, tapi jika kalah kami pasti langsung pulang ke rumah lantaran sangat sedih,” ceritanya. Ketika disinggung bahwa di Surabaya juga ada acara-acara nonton bareng seperti itu, pria yang berharap dapat menetap di Surabaya ini mengaku cukup tertarik untuk bergabung dalam acara-acara semacam itu. Dia hanya berpesan agar momen piala dunia dapat membawa sukacita bagi semua orang, dan para suporter sepakbola dapat menikmati setiap pertandingan dengan aman. “I hope that the world cup moment will be uniting the world more, and make the economics of Africa better.” Pungkasnya sambil tersenyum.(caz)