Cyber Media
Call Warta: 2981039
Penghujung tahun 2007 ditutup manis oleh jurusan TI Ubaya. Arek-arek fakultas yang identik dengan warna biru khaki ini menorehkan prestasi. Satu dari tim Ubaya merebut juara III Industrial Challenge (IC) yang diadakan 13-16 Desember 2007 lalu di ITS Surabaya.
Ingin tahu lebih dekat dengan pemenang itu, WU langsung meminta anggota tim Ubaya berbagi cerita tentang kompetisi tersebut. Teaching Industry pun menjadi saksi obrolan kami dengan tim yang digawangi oleh Billy Steven Irawan, Iliyanto Wijaya, dan Yulistia Christina itu. Para mahasiswa bertalenta tersebut menyapa ramah saat ditemui oleh wartawan WU. Simak saja perjalanan mereka mengharumkan nama almamater Ubaya.
Bulan lalu, berbekal persiapan minimalis, tim Ubaya melangkah mantap menuju kompetisi IC di kampus ITS. Mimik wajah Billy berbinar pada saat berkisah tentang pengalamannya. “Padahal kami pergi dengan bermodal lelah sehabis kerja praktik dan tugas yang menumpuk lo!” ujar cowok berkacamata itu. Hal itu yang membuat penghobi baca buku ini tak percaya bisa meraih juara III. Namun tumpukan kelelahan itu tak memutuskan semangat untuk tetap berjuang.
“Sesampainya di tempat penginapan kami langsung melakukan persiapan untuk lomba dan istirahat,” tutur Ili, sapaan akrab Iliayanto Wijaya. Esok paginya, 14 Desember, para peserta lomba melakukan kunjungan ke pabrik PT ALSTOM Power Energi Sistem Indonesia untuk mengamati kondisi lapangan dan proses produksinya. Perusahaan asal negeri ayam jago alias Prancis itu diamati kinerjanya untuk dilakukan problem solving pada babak akhir IC itu nantinya. “Selain pengamatan, kami juga diberi data. Tapi tidak lengkap dan sebagian adalah bukan data sesungguhnya,” ungkap kelahiran 24 Maret 1987 itu. sambil mengernyit dahinya. Tim Ubaya pun juga mengais data dari wawancara kepada pegawai untuk mendapatkan data. Kunjungan tersebut adalah bahan untuk final jika tim tersebut lolos.
Setelah mengunjungi pabrik, sore harinya peserta mengikuti babak penyisihan. “Di babak ini kami harus melewati enam laboratorium (lab) dengan soal di tiap ruangan,” tutur Yulistia. Cewek pembaca novel ini juga menceritakan bahwa pemberian soal berhubungan dengan lab dikunjungi yang dikunjungi. “Ada beberapa kendala karena ada perbedaan beberapa ilmu yang dipelajari namun tidak cukup berarti,” ucap dara Banyuwangi ini.
Berganti hari, tiga mahasiswa TI ini harus mengikuti kuliah tamu yang diadakan panitia. “Sore langsung diumumkan lima tim yang lolos dan salah satunya adalah kami,” kenang Billy sambil tersenyum tipis. Inilah babak dimana sense sebagai mahasiswa TI digunakan. “Di babak ini kami harus melakukan problem solving dari data yang diperoleh pada kunjungan pabrik,” jelas pria yang bercita-cita bekerja di perusahaan penerbangan ini. Waktu yang disediakan panitia adalah mulai pukul 19.00 sampai pukul 07.00 esok paginya.
Kala itu, mereka menganalisis bahwa di pabrik sering terjadi penumpukan barang setengah jadi. Hal tersebut yang disinyalir menjadi penghambat proses kerja pabrik. “Dari sana kami memberikan usulan untuk membenahi layout pabrik dan perbaikan system untuk meningkatkan kinerja karyawan,” ujar Yulistia bersemangat. Sayang karena data kurang dan kurang bisa menggunakan software yang disediakan panitia, Ubaya hanya meraup juara III. “Kami hanya kalah di segi validitas. Padahal itu adalah penilaian utama,” tuturnya. (edz)