Cyber Media
Call Warta: 2981039
Tak lengkap rasanya bila berkunjung ke negara lain tanpa mengetahui budaya dan pariwisata yang unik di negara itu. Demikian juga halnya dengan program pertukaran pelajar di Ubaya yang secara rutin tiap semester mengadakan kunjungan sosial budaya untuk mengenalkan tempat wisata di Jawa Timur. Untuk semester ini, kegiatan kunjungan social budaya untuk mahasiswa asing semester gasal 2011-2012, diselenggarakan pada Sabtu-Minggu, 26-27 November 2011.
Menurut Ryza Cahaya selaku ketua panitia, kegiatan ini adalah salah satu bentuk kepedulian Ubaya terhadap mahasiswa asing, tidak hanya pelayanan di bidang akademik saja, namun membantu adaptasi mereka di Indonesia melalui berbagai kegiatan sosial budaya. “Mahasiswa asing diharapkan lebih mengenal budaya Indonesia terutama keunikan tradisionalnya yang mungkin sangat berbeda dengan budaya negara asal mereka”, tutur International Exchange Coordinator tersebut.
Selain mahasiswa asing, kunjungan ini juga mengikutsertakan mahasiswa lokal dari Program Internasional Ubaya jurusan Information Technology dengan tujuan menciptakan interaksi antara mahasiswa asing dan lokal. Kegiatan tersebut diikuti oleh 21 peserta diantaranya lima mahasiswa Maastricht University (Belanda), satu dari University of Groningen (Belanda), satu dari Rotterdam Business School (Belanda), lima dari Guangxi Overseas Chinese School (China), satu dari Strasbourg University (Perancis), dua mahasiswa lokal, dosen pendamping IT, dua staff HI sebagai pendamping, serta parttimer HI.
Hari pertama para peserta mengunjungi Candi Singosari-Malang, Sentra Pembuatan Tahu di Desa Tamiajeng-Trawas, dan Ubaya Training Centre (UTC)-Trawas. Di UTC, para peserta diajak mengunjungi Kebun Toga dan melihat cara pengolahan pupuk kompos. Terlihat beberapa mahasiswa asing begitu antusias melihat pengolahan lahan secara organik di UTC.
Malamnya, para peserta kembali ke UTC dan diajak menikmati pagelaran dari paguyuban Pencak Silat Garuda Sakti seperti tari jaran kepang, macanan, bantengan, dan seni pencak silat yang begitu memukau. “Tari-tarian inilah yang membedakan kunjungan sosial budaya kali ini dengan sebelumnya”, ujar Fensi Arintia selaku International Liaison. Air terjun Kakek Bodo-Tretes, dan pemandian air pegunungan di Candi Jolotundo, Seloliman-Trawas menjadi pilihan kunjungan hari kedua.
“Acaranya menarik dan tertata rapi, salah satunya Javanese dance pada malam hari,” ungkap Lukas Hemmers, mahasiswa Maastricht University. Lukas berharap kedepannya diberikan background information terlebih dahulu mengenai makna dari beberapa tarian Jawa yang ditampilkan. (puz)