Cyber Media
Call Warta: 2981039
Membina Warta Ubaya sejak pertama kali berdiri tidaklah mudah. Semangat lelaki yang satu ini tidak pernah luntur. Dosen Politeknik Ubaya sekaligus Koordinator Marketing and Public Relation (MPR) memberi dukungan penuh saat Warta Ubaya pertama kali dicetak. Pria yang biasa disapa Agus ini juga mengingat dengan jelas saat-saat pertama kali Warta Ubaya terbit, yakni pada tanggal 18 November 1994. Agus menjelaskan bahwa tanggal itulah yang juga menjadi hari ulang tahun Warta Ubaya.
Visi dan misi Warta Ubaya pada awal berdiri disusun oleh Rektor yang menjabat saat itu. Visi dan misi ini berbuah artikel yang menggambarkan citra diri WUsecara utuh. Mengarahkan WU untuk senantiasa menjadi sarana komunikasi, promosi, protes, dan umpan balik. “Umpan balik berarti memberikan kesempatan pembaca untuk memberikan kritik bagi Ubaya bilamana ada ketidaksesuaian dengan seharusnya,”terangnya. Contohnya dengan disediakannya kolom khusus untuk pembaca. Kolom menarik lainnya yang tidak ada sekarang pada Warta Ubaya adalah kolom perjalanan. Contohnya satu tim kru WU melakukan perjalanan ke Jogja dan diliput.
Sekarang ini WU sebagian besar menuliskan prestasi-prestasi Ubaya dan membawa nama harum Ubaya. Pria yang pernah menjadi Ketua Umum Majalah Sadar kembali memfokuskan hal ini. Agus menyatakan bahwa sebaiknya media yang baik adalah media yang mampu memberikan hal yang fakta dan tidak hanya hal baik-baik saja. Hal-hal yang bersangkutan dengan kolom protes, kritik, umpan balik, dan peduli justru menghidupkan Warta Ubaya. Pembina Warta Ubaya pada masa awal itu menjelaskan lebih lanjut bahwa hal itu menjadi greget yang menarik pembaca.
Teknologi menjadi tantangan pada masa edisi awal Warta Ubaya. Pemakaian mesin ketik untuk mengolah kata dan mencetak media tidak menghalangi Kru Warta Ubaya pada saat itu untuk tetap berkarya. “Justru dengan teknologi yang masih kurang maju tersebut, sebuah keuletan kru teruji,”terangnya.
Proses rekrutmen dan pelatihan juga mempengaruhi kinerja Warta Ubaya setiap pergantian generasi.”Setiap orang dalam Warta Ubaya memberikan nilai pada masing-masing orang di dalamnya. Setelah itu hasil evaluasi dipertimbangkan untuk mempertahankan kru yang benar-benar member kontribusi bagi Warta Ubaya,”terangnya. Pelatihan saat itu membuat seorang kru magang benar-benar berkualifikasi sebagai wartawan atau jurnalis asli. Seorang yang magang dibimbing hingga benar-benar bisa. Agus menilai pelatihan magang saat ini kurang maksimal.
Agus mengharapkan nilai positif Warta Ubaya sebagai media komunikasi sekaligus penyalur aspirasi pihak-pihak yang berkepentingan yakni, mahasiswa dan karyawan. Selanjutnya pria bernama lengkap Agus Wijaya ini menyatakan tidak akan berhenti memantau kegiatan dan tulisan Warta Ubaya walau dengan berbagai kesibukannya. “Kesuksesan Warta Ubaya mencerminkan sebagian kesuksesan Ubaya sendiri!”tutupnya. (sv2/wu)