Cyber Media
Call Warta: 2981039
Masih tingginya angka kriminalitas atas kasus human trafficking dan maraknya pergaulan bebas seperti free sex, selalu menjadi momok di kalangan generasi muda. Berangkat dari permasalahan tersebut Fakultas Farmasi mengadakan talkshow bertajuk “Taking The Sex Out Of Trafficking What They Said? “. Acara yang diadakan pada tanggal 17 September 2011 ini mengambil tempat di perpustakaan lt. V Ubaya.
Sebagai pembukaan, para peserta disuguhi pemutaran sebuah film dokumenter tentang nasib korban trafficking di daerah perbatasan. Narasumber yang hadir adalah Muhammad Chollily dari Lembaga Swadaya Masyarakat Serikat Buruh Migran Indonesia ( LSM SBMI) dan dr Frans OHP Sp OG. “ Traficking merupakan persoalan kita bersama dan bagian dari kita semua,” tutur Chollliy.
Traficking merupakan sebuah kejahatan manusia yang luar biasa dan terjadi di Indonesia. Ini terbukti dengan adanya temuan tidak lebih dari 10.000 kasus para TKI mengalami kasus trafficking, Kejahatan manusia ini ditengarai karena faktor ekonomi dan kemiskinan.
Kasus ini banyak dialami oleh para pahlawan devisa, dari daerah pinggiran yang notabe ekonominya masih dibawah digaris kemiskinan. Modus reckrutmen ini sangat rapi, caranya para korban akan diajak untuk dijanjikan pekerjaan secara layak. “Tapi realitanya mereka dieksploitasi tenaganya, bekerja tanpa upah dan disiksa bahkan dijadikan pelacur, ” ujarnya.
Untuk sesi kedua dr Frans memberikan penjelasan tentang free sex dikalangan para generasi muda. Ini dibuktikan dengan “Angka Kematian Ibu (AKI) diIndonesia cukup tinggi dibandingkan dengan negara lain karena aborsi,” jelas pria ramah. Ini disinyalir karena, para pemuda-pemudi yang beranggapan bahwa free sex merupakan hal yang lumrah. Mereka tidak tahu bahwa resiko dan bahaya yang mengacam jiwa mereka. “Jika sex dilakukan dengan tidak benar, dapat memungkinan akan memyebabkan penyakit-penyakit kelamin,” ujar Frans.
Seminar ini berakhir dengan sesi tanya jawab oleh para peserta. “Semoga dengan adanya seminar kesehatan ini kita sebagai generasi penerus tidak terjerumus dalam pergaulan free sex dan kasus trafficking, yang marak terjadi dan bisa menimpa siapa saja,” tutup Rr Ghafira Komalasari Hasan, selaku ketua panitia. (ano)