Cyber Media
Call Warta: 2981039
Meski dikatakan jumlah anak putus sekolah telah menurun, buktinya masih banyak pula anak putus sekolah karena tidak ada sekolah yang bisa memenuhi kebutuhan anak tersebut. Ya, merekalah anak-anak berkebutuhan khusus yang belum terlayani pendidikannya.
Melihat kenyataan tersebut, Pusat Studi Hak Asasi Manusia (Pusham) Ubaya bekerja sama dengan Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya dan Yayasan Pendidikan BPPS Galuh Handayani mengadakan seminar mengenai pendidikan inklusi di Surabaya. Acara yang diadakan di ruang HA 1.1 pada 30 Mei 2011 ini dihadiri oleh perwakilan dari berbagai sekolah, badan pendidikan, serta pegawai negeri di Surabaya.
Hadir sebagai pembicara Ir Hendro Gunawan MA, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya dan Sri Sedyaningrum, Ketua Yayasan Pendidikan BPPS Sekolah Galuh Handayani Surabaya. Dalam seminar ini ditekankan bahwa sistem pendidikan inklusi dapat memberikan kesempatan pada semua peserta didik yang memiliki kelainan namun memiliki potensi kecerdasan atau bakat istimewa. Potensi dan bakat yang dimaksud adalah anak tersebut mampu mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam suatu lingkungan pendidikan bersama dengan peserta didik pada umumnya.
“Hingga saat ini sebenarnya telah ada 41 SD, lima SMP dan dua SMA serta SMK untuk sekolah inklusi,” terang Hendro. Adapun kondisi kelainan yang sering ditemui adalah anak yang lambat belajar, autis, gangguan fungsi kepribadian berkepanjangan atau borderline, keterbelakangan mental, tunarungu, tunenetra, tunawicara, tuna daksa, dan down syndrome. Kondisi ini membuat pemerintah kesulitan menangani anak-anak dengan kebutuhan khusus tersebut. “Selain itu memang kurangnya sarana pembelajaran, fasilitas sekolah yang kurang representatif, kurangnya tenaga kerja juga keterbatasan ekonomi keluarga,” lanjutnya.
Berkaca dari keadaan tersebut, rencananya pemerintah akan memberikan kebijakan di tahun 2012 yaitu mengadakan sarana pembelajaran yang lebih bervariataif, mengadakan pelatihan guru inklusi, menyediakan ruangan dan fasilitas sesuai kebutuhan siswa, serta menyediakan beasiswa bagi siswa inklusi. “Harapannya lebih banyak siswa berkebutuhan khusus yang bisa melanjutkan pendidikan yang sesuai kebutuhan mereka,” harap Hendro. Acara pun ditutup manis dengan penampilan dari para siswa sekolah inklusi. (zhi)