Cyber Media
Call Warta: 2981039
“Tak dapat kita pungkiri perubahan yang terjadi pada bumi kita semakin banyak, dan semuanya mengarah ke penurunan kualitas,” tutur Yunus Fransiscus ST MSc, ketua Pusat Studi Lingkungan (PSL) Ubaya dalam seminar dan launching club yang bertajuk, “Dare to be a “greenster”?! Be a Seed, Maken Forest for the World” di Perpustakaan lt.5 pada 9 April 2011 silam. Perubahan yang dimaksud misalnya jumlah sumber daya hayati yang semula banyak sekarang menjadi langka.
Selain itu pria berkacamata ini juga banyak menjelaskan tentang bagaimana cara memanajemen perubahan lingkungan.“Pengelolaan lingkungan dapat dilakukan secara simple sampai complicated,” jelas pria berkacamata itu. Simple yang dimaksud adalah hal-hal yang kecil yang dapat dilakukan semua orang, seperti membuang sampah pada tempatnya.
Sedangkan complicated berbicara soal manajemen lingkungan sesuai dengan bidang ilmu yang dipelajari. “Misalnya orang Teknik Kimia mampu mengembangkan pengolahan limbah, sedangkan ahli hukum dapat mengembangkan peraturan hukum yang pro-lingkungan, dan ilmu psikologi dapat melatih behavior seseorang untuk melestarikan lingkungan,” jelasnya lagi. Tak lupa Yunus juga menyajikan fakta-fakta berupa grafik dan gambar untuk mendukung materi yang dibawakan. ”Untuk memperlambat kerusakan alam yang ada, sudah saatnya anak muda menjadi aktor yang dapat memberikan pengaruh positif kepada komunitas yang ada di sekitarnya,” ujarnya lagi.
Dalam acara ini hadir juga bintang tamu, Mustofa Hayat SE Mkom, pembina komunitas Ancol Sayang Lingkungan, Jakarta. Mustofa adalah seseorang yang memiliki pengabdian dalam membina para preman dan pengamen di lingkungan sekitarnya menjadi orang-orang yang mandiri lingkungan dan ekonomi. “Sekarang anak-anak binaan saya sudah dapat memilah sampah, mendaur ulang kertas, dan membuat souvenir yang bisa bernilai ekonomi,” jelas Mustofa.
Selanjutnya acara dilanjutkan dengan launching klub pencinta lingkungan D’ Young Green yang bernaung dibawah PSL Ubaya. Dengan menjadi anggota klub ini, para mahasiswa Ubaya dapat belajar serta berdiskusi tentang isu-isu lingkungan yang ada. Selain itu para anggota juga dapat berpartisipasi dalam lokakarya maupun perlombaan yang juga berbau lingkungan. “Sebenarnya tujuan didirikannya klub ini adalah membangun komunitas anak muda yang peduli lingkungan dan sosial,” tutur Claudia, Ketua D’Young Green. (eph)