Warta
UBAYA
02-04-2025
Cyber Media
Detil Edisi Cetak dengan Rubrik :Seputar Kampus
- Mahasiswa Apoteker Ajak Masyarakat Waspada Diare
Tak menentunya cuaca sering dikaitkan dengan banyaknya kasus penyakit diare yang biasa dialami oleh anak-anak hingga orang dewasa. Meski terbilang penyakit yang lazim ditemui, diare tak bisa diremehkan. Terbukti dari hasil statistik yang menunjukkan bahwa diare merupakan penyebab kematian nomor dua setelah infeksi saluran pernapasan akut. Berangkat dari fakta tersebut, tim mahasiswa Profesi Apoteker Ubaya mengadakan sosialisasi penanganan diare pada masyarakat bertempat di Puskesmas Medokan Ayu pada 28 Februari 2011.
Diare adalah kondisi buang air besar dalam bentuk cairan yang biasa terjadi lebih dari tiga kali dalam sehari dan berlangsung selama dua hari atau lebih. Penderita akan kehilangan cairan tubuh yang berakibat pada kinerja tubuh yang tidak berfungsi dengan baik. Diare mudah terjadi karena banyaknya pemicu mulai dari bakteri, virus, alergi makanan, atau parasit yang masuk dalam tubuh lewat makanan atau minuman yang kotor. “Diare menjadi sangat berbahaya jika terjadi dehidrasi pada penderita,” ungkap I Gusti Ngurah Dharma Kusuma SFarm, selaku pembicara.
Dehidrasi atau kekurangan cairan tubuh dibagi menjadi tiga golongan yaitu ringan, sedang, dan parah. Pada tingkat ringan, tidak terjadi keluhan atau gejala mencolok meski penderita agak lesu. Dehidrasi sedang ditandai dengan rasa haus berkelanjutan, mata cekung, dan kulit keriput yang tak segera kembali ke posisi semula jika dicubit. Sedangkan pada golongan berat, penderita akan terus mengeluarkan cairan lewat muntah atau berak, kesadaran menurun, tidak mau makan atau minum, tidak kencing dalam jangka waktu enam jam, dan terkadang disertai kejang dan panas tinggi. “Jika terjadi gejala dehidrasi seperti ini, segera beri oralit dan hubungi dokter untuk penanganan dini,” lanjut salah satu mahasiswa Profesi Apoteker angkatan XL ini.
Peserta yang mayoritas adalah ibu dengan anak balita ini terbukti sangat antusias dalam mengikuti seminar tersebut. Banyak pertanyaan yang dilontarkan terkait mitos yang beredar di masyarakat untuk mengatasi diare, misalnya saja memakan telur asin dan ketan jika diare disertai darah. “Hal tersebut sebenarnya belum terbuktikan dan teruji, akan lebih baik jika melakukan pengobatan yang sudah diakui secara medis efek dan khasiatnya,” tutur Kusuma menjawab pertanyaan tersebut.
Dra Lusiwati Tjakrawala MFarm-Klin, pendamping sekaligus penanggung jawab Pendidikan Profesi Apoteker Ubaya menyampaikan pujian atas kegiatan yang dilakukan mahasiswanya. “Sebagai mahasiswa mereka dituntut tak hanya berkutat di dalam apotek atau industri. Mereka juga harus mampu membagikan ilmu mereka pada masyarakat, dan saya rasa mereka melakukannya dengan baik,” puji dosen ramah ini. Beliau juga berharap agar kegiatan semacam ini akan terus diadakan sebagai wujud penganbdian mahasiswa pada masyarakat. “Mahasiswa memang dibentuk agar tak hanya pintar, namun siap berinteraksi dengan lingkungan luar nantinya,” tutup Lusi. (mei)
[ Posted 26/03/2011 oleh welly ]