Warta
UBAYA
17-05-2025
Cyber Media
Detil Edisi Cetak dengan Rubrik :Seputar Kampus
- Pendidikan Seksual dengan Membuat Film
Ubaya Carnival 2010 memberikan wadah bagi pelajar SMA untuk bereksplorasi mengenai pendidikan seksual melalui media film. Eits, jangan berpikiran macam-macam dulu ya! Ini bukan film pornografi, melainkan film indie yang dibuat sendiri oleh pelajar-pelajar SMA dengan tema “Teenagers and sexual exploration: What is the limit?”.
“Kita mengambil tema tersebut karena melihat perkembangan remaja dengan problem-problem seksual yang berlebihan. Contohnya, banyak remaja melakukan pemerkosaan, aborsi, dan pembuangan bayi di kamar mandi sekolah,” ungkap Bonifacia Sherlince Lau SPsi MPsi sebagai koordinator acara.
Melalui film, diharapkan remaja khususnya pelajar SMA dapat melihat sendiri dan menceritakan kepada orang lain bagaimana eksplorasi seksual yang melebihi batas. “Eksplorasi seksual yang melebihi batas bukan sekedar mengenai seks namun juga mengenai perubahan-perubahan tubuh dan mulai suka dengan lawan jenis,” jelas Sherly sapaan dosen muda ini.
Lomba membuat film indie ini bukan sekedar pemaparan, tapi ada nilai edukasinya. Selain itu ada kaitannya dengan masalah hukum, di mana perilaku remaja tersebut dilihat melalui kacamata hukum. “Issue mengenai pemakaian internet secara bebas oleh remaja dengan membuka situs porno serta men-download juga termasuk dalam UU pornografi, maka dari itu dikaitkan dengan hukum,” papar Sherly.
Sebelum membuat film indie, para peserta dibekali dengan tiga workshop. Workshop pertama mengenai perkembangan remaja dari Sherly. Kemudian workshop mengenai UU pornografi agar filmnya tidak melanggar UU pornografi dan teknis pembuatan film.
Lima finalis film terbaik akan diseleksi lagi menjadi tiga pemenang. Juara pertama diraih oleh SMA Santa Agnes dengan film berjudul Reseknya Ngesek. Juara dua dari SMA Dr Soetomo, dengan judul Terbakkah Untukku?. Sedangkan juara tiga direbut oleh SMAKr Petra 1 dengan film berjudul Cinta Kevin dan SMAKr Petra 5 dengan film berjudul Gelas Kristal.
“Kriteria dari perlombaan film indie ini adalah kejujuran dalam memaparkan fenomena, kreatifitas, ada unsur edukasi atau mendidik, serta teknis pembuatan film itu sendiri,” ungkap Sherly ini. Harapan dari lomba ini sendiri adalah menjadikan remaja sebagai agen promosi sesama teman-temannya untuk menyebarluaskan edukasi tentang eksplorasi seksual yang sehat. (kiq)
[ Posted 21/12/2010 oleh welly ]