Cyber Media
Call Warta: 2981039
Seni budaya merupakan identitas suatu bangsa atau jati diri dari bangsa tersebut. Untuk itu, kebudayaan harus dijaga. Ubaya, sebagai institusi pendidikan turut berperan membina bibit-bibit bangsa dalam melestarikan budaya Indonesia. Salah satu upaya pelestarian ini diwujudkan dalam partisipasi melalui Parade Musik Gamelan di Grand City Surabaya pada 8-9 Oktober 2010 lalu.
Acara tahunan yang diselenggarakan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata diikuti 25 grup, terdiri dari berbagai usia dan golongan. Setiap grup diberi kesempatan sekitar 10-15 menit. Hal yang ditampilkan dari berbagai aliran karawitan mulai dari klasik, campursari, hingga garapan kreasi baru. Meski bukan ajang perlombaan, setiap grup memberikan penampilan yang maksimal dan memukau.
Sebagai perwakilan Ubaya, grup karawitan Keluwih Laras yang merupakan wadah kreatifitas seni Ubaya untuk memfasilitasi para pecinta karawitan mendapat kesempatan tampil pada 9 Oktober siang. Anggota Keluwih Laras yang terdiri dari karyawan berbagai divisi, mulai dari FT, BARP, Adpelkam, Adum, hingga bagian kasir atau keuangan. “Kami juga memberikan kesempatan pada mahasiswa dan karyawan yang berminat pada kesenian tradisional untuk turut bergabung dalam Keluwih Laras,” tambah Riyadi, koordinator Keluwih Laras.
Ubaya sendiri telah tiga kali berpartisipasi dalam acara bertajuk Negarakertagama Festival 2010 ini. Berbekal persiapan matang, Keluwih Laras berhasil menampilkan kreasi garapan baru gending-gending ala Jawa Timur dengan apik dan menarik. “Ada lima gending yang dirangkum jadi 1 dengan garapan baru,” tutur Riyadi, koordinator grup Keluwih Laras. Riyadi yang juga sebagai pemegang bonang barung Keluwih Laras mengaku bahwa penampilan grup karawitan Ubaya tahun ini lebih baik. “Penampilannya lebih bagus dari tahun kemarin karena persiapan cukup juga mental lebih siap,” ungkapnya. (re5,caz)