Cyber Media
Call Warta: 2981039
Kesejahteraan merupakan impian bagi semua umat manusia. Salah satu cara menggapainya yaitu dengan mewujudkan demokrasi. Itulah gamabaran sepintas mengenai materi kuliah umum bertopik “Agama, Kesejahteraan, dan Demokrasi” pada 19 Juni lalu di SGFT. Acara yang diprakarsai oleh Departemen MKU Ubaya mengundang tiga orang pembicara, yaitu Prof Dr H Zainuddin Maliki M Si, rektor Universitas Muhammadiyah, Bhikku Osman Wahyudi Nyanavira, dan Prof Dr Laurentius Dyson Penjalong, Guru besar Antropologi Unair.
Hadir sebagai pembicara pertama adalah Zainuddin. Pria berkacamata itu mengatakan, ada tiga macam aliran tentang hubungan demokrasi dan agama, yaitu aliran organik, sekuler, dan diferensiatif. Aliran organik menyatakan bahwa negara harus berdasarkan agama. Sebaliknya paham sekuler mengatakan sumber legitimasi hanya berasal dari rakyat, dan tidak ada campur tangan agama. “Kalau aliran diferensiatif yaitu keputusan yang diambil oleh politisi harus dapat dipertanggungjawabkan kepada Tuhan dan rakyat,” terang Zainuddin.
Materi selanjutnya dibawakan Bhikku Osman. Beliau menekankan ajaran Buddha berpusat pada toleransi dan anti kekerasan. “Ajaran Buddha tentang demokrasi adalah konstitunasionalisme, dimana rakyat yang berkuasa,“ tutur Osman.
Prof Dyson melanjutkan penjelasan tentang ilmu sosial yang melihat agama dari sisi fungsi penjelas, penentram, dan pengintegrasi. “Menyatukan segala perbedaan,” terangnya. Dyson mengklaim bahwa demokrasi di Indonesia gagal untuk dilaksanakan karena orang yang menjalankan demokrasi tersebut tidak beriman dan bertakwa. “Menjadi orang bebas pasti ada risiko, tantangan, dan konsekuensinya,” jelas Dyson. Di akhiri, dengan sesi tanya jawab dosen, mahasiswa peserta mata kuliah agama, dan pembiacara. (mry)