Cyber Media
Call Warta: 2981039
Belajar melalui bermain tentu merupakan hal paling mengasyikan bagi anak kecil. Hal itulah yang diterapkan oleh Sanggar Kreativitas Ubaya, sebuah playgroup yang dikelola oleh PKLP Fakultas Psikologi Ubaya. Mereka mengajak anak didiknya belajar bersama lewat beragam aktivitas permainan dan pembelajaran. Seperti yang dilakukan pada 26-27 April lalu, playgroup yang dikepalai oleh Shinta Oktaviani ini mengadakan kunjungan ke Kantor Pos Jemur Andayani.
Empat angkutan umum (angkot) terlihat memasuki tempat mengirim surat tersebut. Satu per satu anak kecil mulai keluar didampingi guru-guru mereka. Ternyata tujuan kunjungan kali ini adalah mengirim surat lewat pak pos. Aktivitas satu ini merupakan aplikasi dari topik pembelajaran alat komunikasi dan transportasi. “Biasanya Pak Pos datang ke SK Ubaya dengan mobil Pos. Namun tahun ini kami pergi ke sana langsung,” buka Shinta. Bahkan, kali ini angkot digunakan sebagai sarana transportasi agar anak mengenal secara langsung salah satu alat transportasi darat.
Dalam mengirim surat tentunya diperlukan nama, alamat lengkap, dan kota baik pengirim dan penerima, tak ketinggalan perangko. Masing-masing anak terlihat memegang surat di genggamannya dengan perangko yang unik yakni foto masing-masing anak. “Ada foto siapa di perangkonya? Foto adik-adik ya? Itu namanya perangko prisma,” ujar Lusia Marcs Puspa A, petugas dari kantor pos, dengan ramah. Ia pun mengajak anak-anak berkeliling dan melakukan pengiriman surat.
Di ruang pengolahan ritel, satu per satu anak menstempel tanggal pada surat yang hendak dikirim. Sambil menaiki kursi kecil dan dibimbing Lusia, anak-anak terlihat senang memukul palu ke surat. Sebanyak 54 anak yang berasal dari kelas B (umur 3-4 tahun) antri bergantian dengan sabar. Sedangkan pada keesokan harinya, murid kelas A (umur 2-3 tahun) bergantian mengirim surat ke Kantor Pos. Satu per satu mereka memasukkan surat tersebut ke dalam bis surat untuk dikirim ke rumah masing-masing.
Kunjungan ke kantor pos terbilang bermanfaat bagi anak-anak tersebut. Saat ini jarang orang mengirim surat. Teknologi semakin canggih, pesan singkat pun menjadi alternatif yang mudah dan cepat dalam berkomunikasi. Menurut Lusia kebiasaan mengirim surat patut ditanamkan sedini mungkin. Beberapa anak juga setuju akan adanya kunjungan ini. Cha Cha, misalnya, anak yang berumur 4 tahun kelas B2 ini sangat senang. “Tadi nutuk palu ke surat,” ungkapnya. Rara, ibunda dari Marsha yang berada di kelas B1, beranggapan bahwa kunjungan sangat efektif. “Anak-anak lebih senang bisa keluar jalan-jalan. Mungkin lain kali bisa melihat pembuatan es krim,” ungkapnya kepada WU. (rin)