Cyber Media
Call Warta: 2981039
Asosiasi Perguruan Tinggi Indonesia (APTISI) kembali mengadakan Rapat Pengurus Pusat Pleno (RPPP) pada 11-13 Desember 2009 . Dalam rangka penyelenggaraan yang keempat, Ubaya mendapat kehormatan untuk menjadi tuan rumah. UTC pun dipilih sebagai tempat berlangsungnya acara. Tepat pada 11-13 Desember 2009 forum terbuka ini diikuti oleh seluruh pengurus APTISI pusat, dan juga perwakilan 12 APTISI daerah.
Forum yang diikuti 40 peserta ini secara resmi dibuka oleh ketua APTISI pusat, Dr Ir H Suharyadi, MS Prof Wibisono selaku rektor Ubaya juga turut menyampaikan sambutan. Pada kesempatan ini, Prof Wibisono turut mewartakan sejarah singkat pembangunan UTC. Selanjutnya, tiap-tiapa perwakilan APTISI menyampaikan sharing dan aspirasi yang ada dibenak mereka.
Berbagai permasalahan disampaikan para peserta misalnya, permasalah
an internal, yayasan, janji pemerintah atas dana 20%, hingga polemik yang harus dihadapi PTS. Selanjutnya, aspirasi peserta akan disampaikan pada dirjen Dikti di Jakarta pada 14 Desember 2009. “Masalah yang dihadapi PTS ini sebenarnya masalah itu-itu saja, namun ketika masalah satu selesai, masalah baru muncul. Oleh karena itu, rapat pleno diadakan 6 bulan sekali, untuk menyelesaikan masalah yang baru muncul,” terang Suharyadi selaku rektor Universitas Mercu Buana (UMB) Jakarta.
Tak hanya itu, disampaikan pula sharing teknologi yang dibawakan Politeknik Elektronika Negri Surabaya (PENS) dan Ubaya diwakili Prof Ir Lieke Riadi PhD. Keduanya menyampaikan teknologi dan sistem informasi yang digunakan kedua universitas untuk membantu kelancaran perkuliahan serta administrasi. Menyinggung tempat pelaksanaan RPPP IV kali ini, Suharyadi memberikan tanggapan. “Memang baru sekarang kita tidak mengadakan RPPP di hotel. Namun, suasana UTC sendiri sudah nyaman, untuk seminar juga enak, namun jumlah vila VIP harus ditambah lagi,” ungkapnya. Prof Wibisono selaku tuan rumah juga turut menyampaikan pesan khusus. “Anggota APTISI juga harus menikmati apa yang dibangun di UTC. Sebab ini bisa menjadi inspirasi mereka untuk membuat training center yang lebih baik dari ini,” tutur Prof Wibisono. (re2)