Cyber Media
Call Warta: 2981039
Kaos putih dan jaket hitam menempel rapi pada seorang cowok yang tiba-tiba memasuki ruang Warta Ubaya (WU) malam itu. Jam tangan yang melilit di tangan kanan dan sebuah kaca mata minus selalu setia menemaninya. Dialah Mario Ariel Indrawan Kristyanto SFarm, redaktur WU.
Kurang lebih empat tahun yang lalu, rasa gundah karena belum mendapat tempat kuliah sempat menghantui Mario. Tapi semua itu sirna saat ia diajak oleh saudaranya untuk melihat Ubaya. “Saat aku melihat kampus ini, aku bergumam dalam hati, inilah tempatku berlabuh selanjutnya,” tukas Mario mantap. “Jujur, aku masuk Ubaya karena tertarik gedung dan tamannya. Sebenarnya, sempat aku mencoba untuk masuk sebuah PTN favorit, tapi waktu lihat kampusnya terkesan kusam, aku mulai ragu untuk kuliah di sana,” tambah sulung dari dua bersaudara ini seraya tersenyum.
Sepak terjangnya di “rumah barunya” ini mengantarkannya bergabung dengan WU. Perjalanan panjang yang dilewati, mulai dari ilustrator hingga redaktur, pernah dilakoni cowok yang gemar membuat komik ini. Pemilik inisial rio ini pun tak lupa bercerita perihal awal mula keikutsertaannya di WU. “Waktu MOB, aku ikut lomba gambar antar gugus. Di akhir lomba, salah seorang juri menawariku masuk WU, alhasil aku coba daftar dan keterima,” kisah jebolan FF Ubaya ini sambil tertawa.
Selama menjadi keluarga besar WU, banyak hal menarik yang dialami pria satu ini. Salah satunya adalah proses terbitnya WU. “Aku pernah nunggu tabloid WU dan Gerbang (suplemen WU, red) dicetak sampai pukul setengah satu pagi,” beber cowok kelahiran Salatiga, 14 Agustus 1985 ini.
Cowok penyuka warna hitam ini sangat antusias saat ditanya tentang enaknya masuk WU. “Enaknya itu bisa belajar organisasi, dapat pelatihan soft skills, pelatihan jurnalistik, dan dilatih menjadi seorang yang profesional,” ujar pemilik judul skripsi “Hubungan Lama Kerja dengan Kadar Timbal Pada Rambut Montir Bengkel Sepeda Motor yang Ditetapkan Secara Inductively Coupled Plasma Spectrometry” ini. Ketika ditanya lebih lanjut, cowok humoris ini pun menuturkan bahwa baginya seorang profesional adalah orang yang bekerja dengan seluruh tenaga, pikiran dan hatinya.
Di penghujung keikutsertaannya dalam tim WU, sebuah harapan dan pesan terlantun dari mulut penyuka sate ayam ini. “Semoga ke depan WU bisa terbit tepat waktu dan iklim kompetisi yang sehat diantara kru dapat terus dipertahankan,” pungkas Mario mengakhiri kisahnya malam itu. (re5)