Cyber Media
Call Warta: 2981039
Stigma negatif yang melekat pada seorang anak mantan binaan lembaga pemasyarakatan (lapas) memang tak mudah dihilangkan begitu saja. Namun sadarkah masyarakat, mantan anak lapas pun tetaplah generasi bangsa penerus masa depan?
Mengecap rasanya berada dalam tahanan akibat tindak asusila dan pencurian membuat banyak anak binaan lapas menjadi warga tersisihkan. Sebagai wujud kepedulian seorang ibu pada anak Indonesia, Prof Dr Yusti Probowati R selaku dekan FP Ubaya mendirikan ‘Shelter Rumah Hati’ di Jombang. Bersama rekannya yakni Margret Rueffler PhD dari Peace Political Psychological Institute New York, berdirilah shelter tersebut sebagai persinggahan para mantan anak lapas untuk mendapat pendampingan secara psikologis.
Bentuk pendampingan yang diberikan pun cukup unik salah satunya dengan menyelenggarakan teater yang menjadikan empat mantan anak lapas sebagai pemerannya. “Sebelumnya kami mengadakan konseling dengan mereka untuk menghasilkan narasi yang nantinya dipentaskan,” papar Prof Yusti selaku ketua proyek pentas tersebut. Menurut Ketua Asosiasi Psikologi Forensik Indonesia ini, pentas itu dapat melatih emosi pemain agar lebih tertata sekaligus melatih tanggung jawab dan kedisiplinan mereka.
Teater berjudul ‘Maha Ibu’ yang mereka garap merupakan kondisi riil keempat tokoh yang selalu merindukan ibu mereka selama berada ditahan. “Ini juga merupakan terapi agar mereka dapat beradaptasi dengan lingkungan yang biasa menutup diri dan mengecap jelek mereka,” imbuh dosen yang baru saja didaulat sebagai salah satu dari Seratus Perempuan Terinspiratif 2012 untuk kategori Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan oleh Majalah Kartini.
Rendahnya tingkat pendidikan, kurangnya keterampilan bekerja dan dukungan sosial ditambah label negatif pada mantan anak binaan lapas lah yang justru membuat mereka mudah kembali melakukan perilaku yang tidak sejalan dengan norma masyarakat. Pentas yang ditampilkan di Jombang, Surabaya, dan Gresik ini pun diakui tak hanya berdampak pada pemain namun juga penontonnya. “Penonton malah mengakui lakon yang dimainkan sangat bagus dan mengubah pandangan mereka pada eks anak lapas. Semoga dari apresiasi itu para pemain menjadi makin percaya diri sekaligus menunjang proses terapi,” harap perempuan ramah ini. (syn/wu)