Cyber Media
Call Warta: 2981039
Tenang dan bersahaja, kesan inilah yang muncul saat menemui Elieser Tarigan PhD. Selain mengepalai perpustakaan Ubaya, kelahiran Karo, 11 April 1972 ini rupanya menyimpan segudang prestasi yang telah diakui secara internasional.
Menyelesaikan program doktoralnya di King Mongkut's University of Technology Thonburi (KMUTT) Thailand, pria yang akrab disapa Elieser ini sukses menarik perhatian pemerintah Thailand dalam penelitiannya di bidang aplikasi energi matahari. Dukungan penuh pun mengalir untuk penelitiannya berupa alat pengering tenaga surya yang dipadukan dengan tenaga biomassa. Konsep dasar alat tersebut berasal dari kondisi wilayah Asia Tenggara yang didominasi lahan pertanian dengan iklim yang tidak menentu. Akibatnya, kebutuhan alat pengering hasil panen yang tidak terpengaruh oleh cuaca menjadi sangat penting terutama bagi para petani.
“Pengering tersebut sengaja dirancang untuk memanfaatkan tenaga matahari pada waktu siang namun tetap bermanfaat saat malam atau dalam kondisi hujan sekalipun dengan memanfaatkan tenaga biomassa,” terangnya. Kini, hasil penelitiannya telah dikembangkan oleh pemerintah Thailand dan siap dipasarkan secara luas. “Tidak menutup kemungkinan nantinya alat itu diadopsi Indonesia untuk membantu pertanian di sini,” imbuh Elieser.
Kecakapannyanya juga menarik almamater tempatnya menempuh pendidikan master di Dalarna University, Swedia. Undangan sebagai dosen utama dalam mata kuliah Solar Thermal for Hot Climates bagi para pelajar European Solar Energy School yang berasal dari sekitar 25 negara pun rutin dikirim padanya tiap tahun. Tak hanya mengajar, Elieser juga berkali-kali diundang sebagai pembicara dalam berbagai konferensi internasional tentang energi. “Pak Eli orangnya sabar termasuk dalam mengajar, beliau banyak cerita pengalamannya di luar negeri tapi nggak pernah sombong,” ungkap Yulia Sherly, salah satu mahasiswi Elieser dalam mata kuliah Fisika II. Inilah kelebihan yang melengkapi kecakapan Elieser di mata mahasiswa Ubaya bahkan mungkin mahasiswanya di Swedia.
Karya penelitiannya telah banyak dipublikasi di berbagai top international journal seperti Science Direct. Bahkan, penghobi browsing ini tengah menyelesaikan buku tentang renewable energy sambil terus terlibat dalam berbagai proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di beberapa kepulauan Indonesia.
Saat Ubaya dan pemerintah Swedia menjalin kerjasama dalam bentuk guest lecturer di Ubaya serta bantuan bagi mahasiswa Swedia yang ingin melakukan penelitian tesis di Kampus III Ubaya, Elieser tak luput memberi kontribusi lewat kecakapan yang tak pernah disimpannya hanya untuk diri sendiri. “Sampai saat ini sudah ada tiga mahasiswa dari Prancis, Jerman dan Amerika yang menyelesaikan tesis berbekal penelitian di Trawas,” tutur pria yang juga andil merancang sistem pembangkit tenaga matahari di Kampus III Ubaya ini.
Sekali lagi, pengabdian pada bangsa Indonesia ditunjukkan lewat partisipasinya dalam Pusat Studi Energi Terbarukan yang akan dibangun oleh Ubaya. “Persoalan energi memang sudah jadi persoalan bangsa. Semoga nantinya Ubaya juga bisa berkontribusi menciptakan karya untuk mengatasi persoalan tersebut,” harapnya. (caz)