Cyber Media
Call Warta: 2981039
Sesosok gadis cantik sedang asyik menelusuri isi dari buku yang dipegangnya. Ia adalah Fenny Natalia Khoe, cover story kita kali ini.
Menyikapi fokus WU edisi Juli yang bertajuk buku kuliah lokal dan impor, dara asli Surabaya tersebut turut memberi opininya. Menurut mahasiswi FH itu, buku kuliah lokal dan impor mempunyai nilai plus dan minus masing-masing. Dengan menggunakan bahasa Indonesia, buku lokal menjadi lebih mudah dicerna dan terkesan lebih unggul. “Buku lokal lebih sesuai dengan keadaan dan kondisi di Indonesia, jadi biasanya aku memilih buku lokal,” jelas gadis penyuka nasi goreng seafood ini.
Menurut mahasiswi angkatan 2008 ini buku impor juga tidak kalah bagus. “Bisa dapat pengetahuan lebih luas dan global,” tutur Fenny. Walaupun harga buku impor sedikit lebih mahal dari buku lokal, namun dari segi kualitas lebih bagus. “Buku impor biasanya tebal, tetapi kertasnya ringan sehingga tidak berat kalau dibawa,” ujar penggemar novel ini lagi. Sayangnya, Fenny mengaku bahwa buku impor yang biasa dipakai di fakultasnya kebanyakan berbahasa Belanda sehingga artinya lebih susah dimengerti.
Sebagai pamungkas, gadis yang juga gemar bermain musik ini berharap agar mahasiswa lebih rajin membaca buku. Karena handout yang diberikan dosen sebenarnya tidak lengkap. “Dengan membaca buku kita dapat menemukan banyak contoh masalah dan penerapannya,” tutupnya.(puz)