Cyber Media
Call Warta: 2981039
Ubaya selalu memiliki mahasiswa yang unggul dalam bidangnya. Seperti prestasi mahasiswa FH Ubaya yang mengikuti kompetisi peradilan semu yang diadakan oleh Fakultas Hukum Universitas Pancasila Jakarta. Acara yang diadakan mulai 27 Desember 2010–1 Januari 2011 ini mengusung tema “Moot Court Competition on Againts Coruption Piala Kejaksaan Agung Republik Indonesia 2”. Kompetisi ini diselenggarakan di Pusat Pendidikan dan Latihan Kejaksaan Agung (Pusdiklat Kejagung) Jakarta dan dihadiri oleh 16 Univeritas se-Indonesia. FH Ubaya yang diwakili oleh KSM DEMO (Debate and Moot Court Society) sendiri terdiri dari 16 orang peserta, 1 official dan 2 pendamping.
Kompetisi Peradilan semu ini adalah kompetisi dimana setiap tim akan mensimulasikan persidangan dari tingkat pembacaan dakwaan oleh penuntut umum sampai pembacaan putusan pengadilan oleh ketua majelis hakim. “Jadi kompetisi ini benar-benar ada yang menjadi hakim, penuntut umum, penasehat hukum, saksi, polisi, panitera, juru sumpah, dan terdakwa. Simulasi berdasarkan berkas yang dikumpulkan ini harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang diselenggarakan oleh Universitas,” jelas David Saputra selaku Official Officer tim Ubaya.
Pada hari ketiga adalah babak penyisihan dimana FH Ubaya terdapat pada Chamber (grup) A yg terdiri dari Universitas Negeri Semarang, Universitas Haluoleo Kendari, dan Universitas Lampung. “Dalam Chamber A Ubaya masuk final dan di final Ubaya bertemu dengan Universitas Islam Yogyakarta, Universitas Krisna Dwipayana Jakarta, Universitas Padjadjara Bandung. Biasanya Universitas Islam Yogyakarta dan Universitas Padjajaran Bandung adalah universitas yang biasa menang dalam setiap Moot Court competition. Sempat merasa minder dengan kedua Universitas tersebut. Namun ternyata Ubaya juara pertama,” lanjut David bangga.
Penjurian penyisihan dilihat dari penjurian berkas dan penjurian penampilan. Sedangkan penjurian final dilihat dari penjurian penampilan yang terdiri dari kreatifitas penampilan dan kesesuaian dengan peraturan perundang-undangan formil dan materiil. Selain itu ada lembar penilaian hakim, penasehat hukum, penuntut umum, dan panitera terbaik. Akhirnya, Ubaya menempati Juara 1 dengan poin 1443. Diikuti UII Jogjakarta diposisi runner up dan Juara 3 diraih Universitas Krisna Dwipayana. Selain itu Ubaya merebut Panitera terbaik. Jadi Ubaya membawa pulang piala bergilir Kejaksaan Agung, piala bergilir Rektor Univ Pancasila, Piala Juara 1 lomba peradilan semu ini, dan piala Panitera terbaik.
“Tentunya kita bangga dan kaget atas kemenangan ini, karena kita oleh peserta lain tidak diunggulkan namun mempunyai potensi sehingga banyak peserta yang menganggap Ubaya sevagai kuda hitam. Akhirnya kita bisa membuat banyak Tim kagum karena mampu mengalahkan Universitas yang diunggulkan menjadi kebiasaan menang,” ungkap Catherine Chandra, anggota tim Ubaya.
“FH Ubaya mengaku sangat senang dengan adanya kompetisi seperti ini, selain untuk melatih mahasiswa dalam hal persidangan juga menambah banyak teman dan pengalaman yang tak terlupakan merayakan tahun baru. Selain itu FH Ubaya juga berkesempatan menampilkan seni ludruk dalam malam apresiasi seni budaya tersebut,” tutup David. (kiq)