Cyber Media
Call Warta: 2981039
Banyak orang pacaran putus karena selingkuh. Sebuah masalah dalam berpasangan menjadi hal yang bisa mempengaruhi munculnya perselingkuhan. Banyak perselingkuhan dimulai dari hal kecil dan meluas. Berikut pendapat dari dosen Psikologi mengenai selingkuh.
“Selingkuh sendiri dapat dikaitkan erat dengan percintaan yang timbul karena tiga macam unsur yang ada yaitu, nafsu atau passion yakni ketertarikan secara fisik, intimesi yang juga dikenal self disclosure yang artinya kemampuan untuk berkata apa adanya, yang terahkir dan yang terpenting adalah komitmen yang artinya kemauan dan kesadaran untuk menjalani hidup bersama,” jelas Ananta Yudiharsono S Psi, dosen tetap FP. Lelaki yang akrab disapa Pak Ananta ini juga menguraikan ada berbagai jenis cinta, yakni yang pertama adalah tipikal romantic love yang lahir dari perpaduan nafsu dan intimesi, yang kedua adalah tipikal futios love atau cinta monyet yang muncul dari gabungan komitmen dan nafsu, dan yang terakhir adalah companied love yang merupakan cinta yang ideal yang dibentuk dari intimesi dan komitmen yang kuat. Dari uraian tipikal-tipikal cinta tersebut dapat ditafsirkan bahwa selingkuh biasanya muncul dan berkembang pada tipikal cinta pertama dan kedua, yaitu romantic love dan futios love.
Pada romantic love, pasangan cenderung akan hanya memilih ketertarikan secara fisik dan berselingkuh dengan orang yang berpenampilan lebih menarik daripada pasangannya. Ketertarikan masing-masing orang ke lawan jenis pun dapat berbeda. Kebanyakan selingkuh yang muncul pada futios love yang dialami usia remaja yang belum memasuki tahap dewasa dan memang komitmen pada pasangan tersebut tidak cukup kuat dan kesadaran untuk hidup bersama masih cukup rendah. “Selingkuh sendiri bisa diartikan banyak hal yang cukup masuk akal bagi pasangannya. Contohnya menelepon orang lain bisa saja dianggap berselingkuh bagi pasangan tertentu, lalu ada juga dalam contoh lain hingga sampai berhubungan badan baru dianggap berselingkuh,” terang Ananta yang sehari-harinya bertempat di laboratorium sosial FP.
Dampak psikologis dari selingkuh bisa bermacam-macam. Dari sisi pelaku atau yang melakukan atau yang memulai perselingkuhan bisa saja menikmati perselingkuhan itu dan malah akan mengulangnya kembali. Sedangkan bagi sisi korban yang diselingkuhi adalah trauma terhadap perselingkuhan dan cara dia untuk berinteraksi akan turun. Dampak psikologis ini tidak terikat pada jenis kelamin, pada perempuan atau lelaki sama saja. “Pada filosofinya, kembali pada ketiga macam unsur tadi bila unsur komitmen menurun maka bisa juga menurunkan unsur-unsur yang lain seperti nafsu dan intimesi sehingga muncul perselingkuhan, namun sebaliknya juga dapat terjadi yakni bila unsur komitmen turun dan dikuatkan kembali dengan meningkatkan unsur intimesi dan nafsu saat berpasangan maka komitmen sendiri akan bisa terangkat,” jelas Ananta.
“Tingkatkan dua unsur, yaitu komitmen dan intimesi juga menerima serta mengatakan apa adanya adalah kunci mencegah perselingkuhan dan mengarahkan cinta ke tipikal companied love yang merupakan cinta yang paling membahagiakan,” kata Ananta. Dia juga menjelaskan nilai negatif dalam masyarakat yang juga disebut dengan cultivison hypothesis turut mendorong munculnya perselingkuhan, seperti pemberitaan perselingkuhan selebriti terus menerus yang baru menikah dan bercerai serta banyak perselingkuhan di dalam ungkapan media. “Ada suatu penelitian psikologi yang menyatakan bahwa proses untuk mencapai bahagia adalah merasakan kepedihan terlebih dahulu, orang yang merasakan kepedihan akan bisa lebih menghargai pengalamannya dan menciptakan batasan kebahagiaan yang rendah sehingga pada akhirnya orang tersebut bahagia bila menemukan cinta yang mungkin biasa saja namun ada komitmennya disana,” tutup Ananta.(gun/wu)