Cyber Media
Call Warta: 2981039
Witing tresna jalaran saka kulina
(Cinta dapat timbul karena terbiasa)
“Kedua belah pihak kan sudah saling kenal, malah bagus donk. Jadi saat jadian sudah tahu kekurangan dan kelebihan pasangannya. Biar nggak kaget gitu,” pungkas Kristina W, mahasiswi asal Farmasi. Pernyataan itu disetujui pula oleh Donabella yang menganggap sudah sewajarnya jika jenjang persahabatan memang landasan yang baik untuk lanjut pada hubungan pacaran. “Aku juga pernah ngalamin sih,” lanjut dara asal FT ini.
Apalagi, sesuatu yang berkaitan dengan cinta pasti sukar dipungkiri meski tak berwujud nyata. “Cinta itu datang kapan aja, jadi nggak ada yang bisa melarang rasa cinta itu,” tukas Yessica asal FTB. Luluk Ariani yang pernah mengalami hal tersebut namun memilih tidak melanjutkan pada pacaran karena berpendapat bahwa pacaran dengan sahabat sendiri akan terasa janggal. “Nggak apa-apa sih, aneh aja rasanya,” kisah arek Poltek ini.
Berbeda dengan Natalia Wijaya yang menentang keras fenomena ini. “Buatku, kalo udah jadi sahabat ya nggak seharusnya ada perasaan lain,” terang gadis FBE ini. Hal tersebut senada dengan Yugo, mahasiswa FT yang menganggap persahabatan yang berubah jadi cinta bisa merusak persahabatan. “Emang seru sih, tapi menyakitkan,” kenang Maharani asal FH yang pernah jadian dengan sahabatnya namun setelah putus tidak bersahabat lagi.
“Maka dari itu, semua tergantung orangnya juga. Nggak masalah asal tidak membuat sahabat lain jadi merasa tersisih,” tegas Liana asal FF. Pihak netral ini secara umum menyampaikan bahwa selama bisa menjaga hubungan mengapa tidak. “Jika cinta, kita harus peka apakah cinta yang muncul adalah rasa sayang pada sahabat atau betul perasaan cinta di luar persahabatan,” tutup Bee asal FP bijak. (eph)