Warta
UBAYA
17-05-2025
Cyber Media
Detil Edisi Cetak dengan Rubrik :Poling
- Patokan Obat Tradisional Filosofi Jawa
Kian praktis dan variasi harga obat berbahan kimia. Rupanya, belum bisa menyaingi khasiat obat tradisional di mata Endang Purwaningtyas, staf administrasi BARP yang hobi mengonsumsi obat tradisional.
Selain dirasa tak memiliki efek samping, obat tradisional lebih disukai karena sudah menjadi resep turun temurun dalam keluarga. “Apalagi saya punya alergi sehingga sangat sensitif pada obat-obat tertentu. Kalau jamu buatan sendiri kan aman,” ujarnya.
Tak hanya dirinya sendiri, suami dan anaknya pun tak biasa mengandalkan obat resep dokter. “Tapi harus didiagnosa dokter dulu supaya nggak asal minum obatnya,” tegas ibu satu anak ini. Selain dari resep ibunya, Endang juga senang menambah pengetahuan lewat seminar tentang obat tradisional. Namun, untuk penyakit berat yang tak bisa diobati sendiri, Endang tetap mengoknsumsi obat dokter. Misalnya saja, untuk mengobati penyakit vertigo yang dideritanya.
Mengenai takaran dalam mengkonsumsi obat tradisional, biasanya ia selalu berpatokan pada filosofi Jawa. “Sekali rebus jumlahnya tujuh atau sembilan daun, ada yang untuk sekali minum, ada juga dua kali minum,” terangnya. Menurut filosofi jawa, angka tujuh atau pitu berhubungan dengan kata pitulungan atau pertolongan. Sedangkan angka sembilan berkaitan dengan jumlah wali dalam agamanya. “Lebih pada sugesti sebenarnya, tapi memang manjur kok jadinya,” lanjutnya. Biasanya, jika tubuhnya merasa lelah, ia menyeduh temulawak dan kunir putih yang diminum dengan madu agar merasa lebih baik. Karena kebiasaannya ini, Endang memiliki simpanan TOGA yang sudah dipotong tipis dan dikeringkan di rumahnya. “Jadi kalau perlu biar nggak ribet cari-cari lagi,” tukas kelahiran Februari.
Pengalaman berkesan dialaminya sewaktu mengonsumsi obat tradisional. Saat ibunya divonis menderita diabetes oleh dokter, Endang langsung membuatkan seduhan daun tapak dara. Meski pahit saat diminum, seduhan tersebut sukses menurunan kadar gula dalam darah “Syukurlah dari angka 800, kadar gula ibu saya menurun sampai 400,” kisahnya.
Dalam meramu obat tradisional ini haruslah sesuai takaran. Hal tersebut diungkapkan Endang berdasarkan pengalaman suaminya. Ketika suami mengalami kecelakaan dan terluka kakinya. Tanpa tahu dosis yang sesuai dengan tubuh suaminya, ia merebus tanaman binahong kemudian diminum sampai habis. Bukannya sembuh, luka operasi di kakinya malah membusuk dan menyisakan cacat permanen. Dari pengalaman itu, Endang menekankan pentingnya menentukan dosis yang tepat bagi tubuh. “Tidak seperti resep dokter yang sudah pasti dosisnya, kemanjuaran dosis obat tradisional bisa berbeda-beda, anatara satu orang dengan orang lainnya,” tutur penghobi baca ini.
Bagi Endang, obat tradisional itu baik untuk dikonsumsi. Tetapi perlu diwaspadai agar tidak mudah termakan kata orang saja. Apalagi jika obat yang diminum bertentangan dengan pantangan dari dokter. “Senang bisa berbagi pengalaman dengan orang lain, sangat bermanfaat untuk menambah ilmu,” tutupnya. (law, mei)
[ Posted 26/03/2011 oleh welly ]