Cyber Media
Call Warta: 2981039
Surabaya Kota Pahlawan, demikian label yang melekat bagi kota berlambang ikan sura dan baya ini. Tugu Pahlawan sebagai ikon utama kota menjadi suatu bentuk penghargaan atas jasa para pemuda Surabaya yang berjuang mempertahankan kemerdekaan pada 10 November 1945 silam. Melengkapi keberadaan Tugu Pahlawan, dibangunlah Museum Sepuluh Nopember di areal Tugu Pahlawan.
Museum yang dibuka secara resmi tahun 2000 ini merupakan museum khusus yang mengumpulkan, merawat, meneliti, serta menyajikan berbagai koleksi ‘berbau’ perjuangan 10 November. “Ini yang membuat museum ini berbeda,” pungkas Darsono, kepala sub bagian Tata Usaha UPTD Tugu Pahlawana dan Museum Sepuluh Nopember. Sayangnya, hal ini juga yang menjadi kesulitan bagi pihak museum untuk mengumpulkan koleksi. Sebab, tak banyak peninggalan yang bisa ditelusuri terkait kejadian heroik 65 tahun tersebut. “Banyak yang mau menyumbang, sayangnya tak banyak yang sesuai dengan yang dicari museum ini,” lanjutnya.
Meski begitu, pesona sejarah perjuangan pemuda Surabaya mampu disimpan dengan baik dalam museum berbentuk piramida ini. Buktinya, banyak wisatawan lokal hingga mancanegara yang tertarik mengunjunginya. “Target pengunjung yang kami canangkan juga selalu tercapai kok tiap bulannya,” ujar Darsono ramah. Bentuk bangunan yang unik ditunjang fasilitas yang ada menjadi nilai lebih bagi pengunjung yang datang.
Hanya dengan Rp 2000,00 pengunjung bisa puas menikmati koleksi dalam museum ditemani guide yang siap menjelaskan sejarah dari tiap benda. Rekaman langsung pidato pengobar semangat Bung Tomo menanggapi ultimatum sekutu. Ada pula film perjuangan yang bisa dinikmati pengunjung di ruang diorama elektrik. Di lantai dua, koleksi senjata asli dan foto-foto dipamerkan dengan leluasa. Dua ruang diorama statis juga siap memberi pengunjung gambaran nyata beberapa kejadian penting perjuangan pemuda Surabaya. Sebuah mobil milik Bung Tomo juga baru saja bergabung menjadi koleksi yang siap dipamerkan pada pengunjung.
Ditanya soal perbaikan layanan, Darsono mengaku akan terus berusaha yang terbaik melayani pengunjung. “Dari segi jumlah koleksi, kondisi gedung, sampai kebersihan selalu menjadi fokus utama kami,” ujarnya. Contohnya, museum ini sukses meraih juara keenam toilet terbersih Se-Indonesia. Harapannya pengunjung terhibur, mendapat pengetahuan sejarah, serta terdorong untuk mengenang para pahlawan.
Darsono berharap pengunjung yang berasal dari berbagai kalangan usia untuk turut menjaga museum ini. Jangan sampai tindakan tidak bertanggung jawab macam membuang sampah sembarangan mengganggu kenyaman pengunjung lain. Ia juga membuka kesempatan bagi masyarakat untuk berpartisipasi menyumbang koleksi tentang sepuluh november. “Kami sangat terbantu dan berterima kasih atas partisipasi masyarakat yang menyumbang,” tutupnya.(mei, asp)