Cyber Media
Call Warta: 2981039
“Apakah kepemimpinan atau yang dikenal dengan sebutan leadership itu bisa diajarkan di kelas?” tanya seorang mahasiswa kepada seorang dosen senior dalam suatu perkuliahan. “Bukankah kepemimpinan teramati dalam praktik, apa bedanya dengan pengelolaan?” tanya mahasiswa itu lebih lanjut. Dosen senior itu menjawab perlahan, “Teori yang diperoleh dari pengalaman praktik bisa ditulis dan disampaikan di kelas.” Mahasiswa itu terdiam dan bingung.
Kata leadership sangat sering diucapkan dan dibahas dalam berbagai situasi dan kegiatan. Pelatihan kepemimpinan atau leadership training diadakan seakan-akan memproses seorang individu menjadi pemimpin. Dengan kata lain menjadi pemimpin itu bisa dilatih atau diproses.
Kepemimpinan itu melekat pada diri individu manusia Setiap individu memiliki sifat kepemimpinan sesuai situasi, waktu, dan tempat. Seorang pemimpin selalu dikaitkan dengan orang atau kumpulan orang yang mengakui keberadaan pemimpin tersebut.
Pengetahuan tentang kepemimpinan dengan praktik kepemimpinan merupakan dua hal yang berbeda. Pengetahuan kepemimpinan diperoleh dari info pihak lain baik yang disampaikan langsung seperti kuliah dan pelatihan, maupun yang diperoleh dari buku, koran/majalah atau internet. Sedangkan praktik kepemimpinan diperoleh melalui teladan dan tukar pengalaman antar individu.
Jadi, tanpa sadar setiap individu manusia selalu memperbaharui kepemimpinan yang melekat dalam dirinya. Potensi kepemimpinan individu mahasiswa pun diperbaharui ketika memperoleh pengetahuan baru dan ketika berinteraksi dengan sesama rekan mahasiswa dalam berbagai kegiatan.
Mahasiswa yang hanya sekitar 4-5 tahun di kampus diharapkan menyadari potensi kepemimpinan yang ada dalam diri mereka. Menjadi pemimpin tidak selalu berada di depan atau menjadi ketua tetapi mampu memahami situasi sehingga bisa bertindak cerdas untuk membuat situasi menjadi lebih baik. Dalam berbagai kegiatan kemahasiswaan atau tugas-tugas kelompok perkuliahan, mahasiswa berkesempatan berinteraksi serta melatih potensi dan praktik kepemimpinan masing-masing.
Kata pengelolaan sulit dipisahkan dengan kepemimpinan. Pengelola (manager) dengan pemimpin (leader) juga melekat dalam diri individu. Memimpin dipahami sebagai mengerjakan hal yang tepat (do the right thing), sedangkan mengelola dipahami sebagai mengerjakan dengan cara yang tepat (do the thing right). Pemimpin akan menunjukkan arah kemana harus melangkah, sedangkan pengelola menjalani langkah demi langkah ke arah tersebut. Kemampuan mengelola tidak selalu sejalan dengan kemampuan memimpin. Ada individu yang tahu arah tetapi tidak bisa menjalaninya, ada pula individu yang mumpuni mengerjakan sesuatu tetapi tetap butuh arahan.
Ketika mahasiswa dihadapkan dengan pemecahan suatu masalah dalam perkuliahan yang melibatkan kelompok, biasanya muncul ide dari seorang yang disepakati untuk dijalankan. Langkah selanjutnya adalah membagi tugas agar ide yang dimaksud bisa dinyatakan. Alangkah baiknya bila mahasiswa bisa berlatih untuk menemukan jalan sekaligus mampu menjalaninya dengan baik.
Pengetahuan kepemimpinan atau pengelolaan memang bisa disampaikan di kelas. Integrasi pengetahuan dalam praktik itulah hal yang harus diperjuangkan. Ibarat perenang yang tahu berbagai gaya dan mampu mempraktikkan semua gaya tersebut ketika terjun ke air.
Memimpin dan mengelola kegiatan sosial, kegiatan bisnis, ataupun kegiatan negara dan kemasyarakatan tetap memerlukan pengetahuan dan praktik. Lulus dari suatu latihan kepemimpinan dan/atau manajemen hanya menunjukkan bahwa baru memperoleh pengetahuan. Kepemimpinan membutuhkan banyak perenungan untuk memahami arah yang benar, sedangkan pengelolaan membutuhkan kompetensi (pengetahuan, keterampilan, dan sikap). Disinilah peran dosen untuk dengan sadar menumbuhkan potensi kepemimpinan pada individu mahasiswa melalui pengayaan materi pada setiap perkuliahan.