Cyber Media
Call Warta: 2981039
“Apakah kewirausahaan atau yang dikenal sebagai entrepreneurship itu bisa diajarkan di kelas?” tanya seorang mahasiswa kepada seorang dosen senior dalam suatu perkuliahan. “Bukankah kewirausahaan adalah praktek langsung?” tanya mahasiswa itu lebih lanjut. Dosen senior itu tidak menjawab tetapi tersenyum mendengar pertanyaan kritis tersebut.
Antara pengetahuan teori dengan praktek langsung belum tentu sejalan. Ibarat orang belajar naik sepeda. Bisa saja diajarkan langkah atau metode bagaimana agar sepeda bisa dinaiki dan dijalankan sehingga langkah itu bisa diingat, tetapi ketika akan menaiki sepeda maka keterampilan tangan dan kaki yang lebih berperan.
Model perkuliahan yang umum saat ini adalah tatap muka di kelas. Para mahasiswa duduk di bangku kelas mendengar dosen berbicara menyampaikan pengetahuan disertai catatan atau tayangan audiovisual di layar. Keterampilan mahasiswa diperoleh melalui latihan, tugas, atau praktek di laboratorium. Sikap mahasiswa terhadap kerja dan kehidupan terbentuk seiring dengan akumulasi pengetahuan dan keterampilan.
Pengetahuan, keterampilan, dan sikap melekat dalam diri individu mahasiswa yang dipahami sebagai kompetensi. Dengan kompetensi itulah seorang lulusan memasuki dunia kerja, menjalankan peran sebagai pengisi lowongan kerja pada suatu sistem kerja yang sudah mapan atau membangun sistem sendiri sebagai wirausaha.
Apa yang bisa dilakukan pihak perguruan tinggi guna menumbuhkan kewirausahaan bagi mahasiswa? Inilah pokok soalnya. Perguruan tinggi bisa mengelola berbagai unit usaha mulai dari toko buku, komputer & software, sampai penjualan makanan minuman dan pengelolaan kantin. Semua fasilitas usaha yang ada di kampus dikaitkan dengan perkuliahan dengan manajemen terbuka yang dapat dipertanggungjawabkan. Mahasiswa dilatih dalam tim untuk melakukan banyak peran seperti penjaga toko, kasir, bagian gudang/inventori, pembukuan, keuangan, perencana, pengembangan usaha, pemilihan produk dan semua peran terkait unit usaha. Para mahasiswa secara bergiliran dan berkelompok diberi kesempatan memilih pemimpinannya sendiri dan mengevaluasi kegiatan bisinis.
Sudah waktunya perguruan tinggi menciptakan berbagai usaha, industri dan jasa terkait dengan fakultas atau program studi yang selain menghasikan laba juga bisa dijadikan ajang praktek kewirausahaan bagi mahasiswa. Jejaring kerjasama dengan pihak luar terutama alumni akan memberi banyak kesempatan bagi mahasiswa untuk berlatih.
Inilah tantangan nyata perguruan tinggi, yaitu tidak hanya meluluskan mereka yang hanya menjadi pencari atau pemburu lowongan kerja. Tetapi diharapkan mampu menciptakan lowongan kerja melalui upaya inovatif dan kreatif. Para dosen diharapkan menyadari peran baru ini dengan cara terus belajar dari kenyataan hidup yang dihadapi.
Entrepreneurship bukan sekedar slogan untuk menenangkan hati seakan-akan telah melakukan sesuatu sesuai tuntutan jaman, tetapi merupakan pilihan yang harus ditindaklanjuti dengan segala konsekuensinya.