Cyber Media
Call Warta: 2981039
“Bisakah kualitas lulusan ditingkatkan?,” Tanya seorang mahasiswa kepada seorang dosen senior dalam suatu perkuliahan. Mahasiswa itu melanjutkan pertanyaannya, “Siapa yang meningkatkan kualitas lulusan?”. Dosen senior itu menjawab, “Tidak bisa” dan mahasiswa itu terdiam bingung.
Tanpa sadar, kita menganggap lulusan itu sebagai produk atau komoditas yang bisa dipoles dan ada harganya. Kita terjebak seakan-akan lulusan itu merupakan output dari suatu proses. Output atau produk memang bisa ditingkatkan wujudnya sesuai dengan keinginan pihak yang memerlukannya. Namun, lulusan itu adalah manusia yang memiliki kehendak dan kebebasan. Individu itulah yang memproses diri untuk menyelesaikan semua persyaratan perkuliahan sehingga dinyatakan selesai.
Individu itu datang dari berbegai latar belakang dengan “value” tersendiri. Mereka datang ke bangku kuliah dengan berbagai motivasi dan harapan atau hanya sekedar hadir karena tidak tahu apa yang akan dilakukan manakala tidak kuliah. Sebagian besar mereka menjadi lulusan tetapi tidak sedikit dari mereka yang meninggalkan kuliah dengan berbagai alasan.
Kualitas lulusan juga bergantung pada potensi akademik dan potensi umum calon mahasiswa. Pihak perguruan tinggi hanya menciptakan suasana yang kondusif yang memungkinkan semua potensi mahasiswa bisa dikembangkan optimal. Kualitas lulusan sangat bergantung pada kesiapan lulusan itu sendiri untuk terus mengembangkan diri. Interaksi antara pihak perguruan tinggi dengan civitas akademika (dosen-mahasiswa) akan membantu menciptakan suasana kondusif ini.
Kembali pada individu mahasiswa yang saat ini sedang berproses bahwa kualitas lulusan melekat dalam diri individu, bukan pemberian perguruan tinggi. Mahasiswalah yang memproses diri apakah nantinya bisa berkualitas atau hanya sekedar lulus. Para lulusanlah yang akan merasakan apakah dia telah memenuhi persyaratan dunia kerja atau sudah bisa memenuhi harapan berbagai pihak.