Cyber Media
Call Warta: 2981039
Menurut laporan terbaru dari Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), perusahaan-perusahaan sangat sulit mendapatkan lulusan yang siap pakai dan dapat berpikir kritis. Lebih jauh lagi, survei yang dilakukan oleh World Bank menemukan sekitar 20 hingga 25 persen lulusan perguruan tinggi lokal memerlukan pelatihan ulang sebelum dapat bekerja. Apakah hal tersebut hanya menjadi tanggung jawab perguruan tinggi?
OECD memaparkan bahwa universitas-universitas di Indonesia tertinggal bila dibandingkan dengan universitas-universitas di negara lain. Indonesia sangat jauh bila dibandingkan dengan India yang telah menghasilkan para doktor, ahli mesin, dan saintis yang keahlian dan ketrampilannya menjadi incaran dunia. Padahal, dalam soal pencapaian ekonomi, Indonesia sering disejajarkan dengan negara-negara yang tergabung dalam Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan.
Hal ini jelas sangat mengkhawatirkan dan mengancam perkembangan ekonomi ke depan. Secara umum, keluhan perusahaan-perusahaan terhadap lulusan universitas lokal adalah kemampuan mengaplikasikan teori dan praktek, kemampuan analitikal, masalah kepemimpinan, serta kemampuan bahasa Inggris. Padahal, masalah tersebut merupakan sesuatu yang mendasar yang dibutuhkan dalam dunia kerja dewasa ini. Ironisnya semua tuntutan perusahaan tersebut seharusnya dapat disiapkan dengan baik oleh perguruan tinggi.
Melihat fenomena diatas, tentunya pembentukan lulusan berkualitas bukan melulu menjadi tugas dari perguruan tinggi semata, namun perlu adanya elemen penunjang seperti pemerintah, lingkungan, keluarga, bahkan dari dalam diri sendiri. Perguruan tinggi perlu meninjau seperti apa kriteria pekerja yang dibutuhkan pasar. Kemudian perguruan tinggi bekerja sama dengan pemerintah dalam hal membuat kurikulum yang pas dengan kebutuhan dunia kerja.
Nah, soal mentalitas juga menjadi perkara penting. Proses pembentukan kepribadian sering disepelekan. Banyak lulusan dengan skill yang mumpuni namun gagal karena persoalan mental. Disini keluarga memegang peranan penting dalam memberikan pengawasan. Kemudian perlu adanya kesadaran dalam diri sendiri untuk mau maju dan berhasil di kemudian hari. Tanpa adanya kemauan, kita akan sulit berkembang. Jadi jangan cepat putus asa apabila merasa tidak mampu, karena asal ada kemauan, disanalah muncul kesempatan. Setuju? (nsy,bbs)