Cyber Media
Call Warta: 2981039
Istilah kelas besar dan kelas kecil memang sudah tak asing bagi para mahasiswa sebelum angkatan 2012 apalagi menyangkut penentuan nilai nisbi di akhir semester. Berbahagialah para mahasiswa, sebab nilai mereka tak akan lagi tergantung pada istilah tersebut.
“Pada sistem penilaian lama jika mahasiswa sama-sama mendapat nilai A, belum tentu nilai tersebut memiliki bobot yang sama karena yang satu merupakan kelas kecil dan lainnya kelas besar,” buka Nemuel Daniel Pah ST MEng Phd selaku Wakil Rektor I Ubaya. Akibatnya, pertanggungjawaban terhadap publik pun menjadi rumit. Hal itulah yang menjadi salah satu alasan pemberlakuan range nilai baru yang akan dimulai di tahun akademik 2012/2013.
Lewat berbagai pertimbangan matang oleh tim penganalisa, Nemuel meyakini bahwa perubahan ini akan membawa banyak dampak positif di pihak mahasiswa maupun dosen. Nilai seorang mahasiswa tak lagi terpengaruh oleh nilai mahasiswa lain atau biasa disebut nilai populasi. Nilai yang muncul pun diharap bisa mencermikan usaha murni seorang mahasiswa sekaligus memudahkan dosen dalam memberi penilaian. “Perubahan ini juga wajib diikuti perubahan cara penilaian para dosen didukung peran aktif mahasiswa juga,” tegasnya.
Jika dulu dosen dapat memberi nilai sesuai feeling atau selera untuk mata kuliah non eksakta seperti seni, system baru ini memaksa dosen untuk melakukan penilaian dengan pertimbangan objektif. Contohnya jika rentang nilai yang diberi mulai dari 50 hingga 75, akan aman bagi dosen bersangkutan untuk memberi nilai hanya 75 sebab nilai tersebut pun mampu menghasilkan nilai A. Dengan sistem yang baru, jika hal itu masih dilakukan tentu tak ada mahasiswa yang mendapat nilai A. “Itu akan menjadi suatu kesalahan penilaian,” lanjut Nemuel.
Dengan harapan Ubaya bisa lebih dekat dengan kualitas mahasiswa sesungguhnya, dosen diharuskan mengacu pada rubrik yang memiliki definisi jelas dan tertulis mengapa seorang mahasiswa layak mendapat nilai A, B, atau C sekalipun dalam mata kuliah non eksakta. “Saya harap mahasiswa juga tidak pasrah saja menerima nilai apa adanya. Perbedaan satu poin pun perlu diketahui apa yang membedakan nilai tersebut,” tutupnya. (yoo)/wu