Cyber Media
Call Warta: 2981039
Publikasi
“Mengapa publikasi dijadikan syarat lulus?” tanya seorang mahasiswa kepada dekan dalam suatu acara sosialisasi kelulusan. Mahasiswa lainnya bertanya,”Apakah bisa publikasi tanpa membuat skripsi/tugas akhir (TA)?” Dekan hanya menjawab,”Ini ketentuan baru.”
Adanya ketentuan baru tersebut membuat mahasiswa yang sedang membuat skripsi atau TA merasa ada tambahan ‘beban’ tersendiri. Mereka pun mendiskusikan sejauhmana manfaat yang bisa dirasakan dan memaklumi adanya niat baik di baliknya. Hanya saja, karena baru pertama kali mahasiswa yang akan lulus tentu merasakan hal berbeda dibanding lulusan periode sebelumnya.
Dari kata ‘publik’, bisa dipahami bahwa karya mahasiswa itu nantinya dibaca dan diketahui oleh masyarakat umum. Karya yang dipublikasikan merupakan kategori karya ilmiah atau hasil temuan, sehingga skripsi atau TA juga termasuk di dalamnya. Keunikan dari masing-masing karya juga terlacak dan dengan mudah diketahui kalau ada karya yang sama atau hampir sama. Publikasi pada dasarnya menunjukkan keunikan dan mencegah penjiplakan (plagiat).
Logis sebenarnya jika selain bimbingan penyelesaian tugas akhir, mahasiswa juga dibimbing mempublikasikan karyanya. Jika dulu setelah ujian skripsi atau TA mahasiswa telah selesai, saat ini perlu ditambah dengan publikasi dimana skripsi atau TA tersebut diringkas menjadi karya yang siap dipublikasi.
Publikasi juga menjadi salah satu ukuran kelayakan penilaian skripsi atau TA apalagi jika karyanya dipublikasi dalam jurnal ilmiah selain hanya dipublikasi di situs umum universitas. Mengapa? Tentu karena karya yang bisa dipublikasi di jurnal telah terlebih dulu mendapat review dari para reviewer jurnal tersebut dan hanya karya yang memenuhi syarat saja yang dimuat.
Karya ilmiah yang bermutu dan dianggap memiliki kebaruan serta kontribusi terhadap pengembangan suatu bidang ilmu, karya itu tentu bisa dipublikasi pada jurnal ilmiah khusus. Entah dalam skala lokal, regional, nasional (dengan atau tanpa akreditasi) maupun internasional. Ranking yang dimiliki pun berbeda tergantung pada bobot dan cakupan pembaca.
Lantas, di mana dipublikasi jurnal yang tepat agar mudah diketahui umum? Website milik perguruan tinggi tentu menjadi salah satu alat yang bisa diakses lewat internet. Selain itu bisa juga diajukan pada jurnal online atau diformat sebagai artikel di surat kabar. Ada pula publikasi lewat seminar, konferensi, atau symposium khusus yang diselenggarakan dengan tema tertentu. Intinya karya tersebut akan dibaca dan diketahui oleh masyarakat yang khusus mendalami bidang ilmu tersebut.
Pilihan ada pada mahasiswa atau dosen pembimbing untuk mempublikasikan karya mereka. Akankah sekedar publikasi atau berniat menembus jurnal internasional? Tentunya dibutuhkan upaya khusus berkenaan dengan pilihan tersebut. Untuk itu, diharapkan dukungan pimpinan perguruan tinggi yang optimal sehingga proses berkarya mahasiswa dan dosen berada pada suasana yang sehat. Publikasi bisa saja menjadi sekedar syarat sehingga bisa dipenuhi dengan berbagai cara termasuk cara curang. Di sinilah tantangan bagaimana publikasi menjadi ‘keunggulan’ tersendiri bagi calon lulusan.